Selasa, 03 September 2013

naskah publikasi Rosita



GAMBARAN KEJADIAN RESPIRATORY DISSTRES SYNDROME PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG PERINATOLOGI RS. DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN


Rosita Mawar Indah Sari1 Sulasmi1, Mohdari2
1.      Akademi Kebidanan Sari Mulia, Banjarmasin, Kalimantan Selatan
2.      Sekolah Tinggi Ilmu Nasional (STINAS), Banjarmasin, Kalimantan Selatan


Abstrak
Masalah pada penelitian ini berdasarkan data register di ruang perinatal RS Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin dari bulan Januari–Desember 2011 dari 1377 kelahiran, 14.7% diantaranya mengalami asfiksia dan 7.62% diantaranya mengalami BBLR. Dari data asfiksia dan BBLR di ruang perinatal dapat berdampak pada kejadian RDS. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui Gambaran Kejadian Respiratory Disstres Syndrom pada bayi baru lahir di ruang perinatology RS. Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2012.Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Metode pengumpulan sampel penelitian adalah total populasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa kejadian RDS terbanyak dialami oleh bayi baru lahir rendah yang mengalami asfiksia berat sebanyak 25 kejadian dengan persentase 30,46%. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah bahwa semua klasifikasi dari faktor predisposisi berat badan lahir dan asfiksia memiliki peluang untuk terjadi RDS. Saran dari hasil penelitian bagi tenaga kesehatan dapat mengetahui dan mendeteksi secara dini hal yang berpotensi menyebabkan RDS.

Kata Kunci : Respiratory Disstres Syndrom (RDS), Bayi baru lahir.




PENDAHULUAN
Angka kematian bayi menurut Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin yaitu pada tahun 2010 kelahiran mati sebanyak 36 kasus, kematian bayi baru lahir umur 0-7 hari sebanyak 48 kasus, kematian bayi baru lahir umur 8-28 hari sebanyak 5 kasus, dan yang lebih dari 28 hari sebanyak 5 kasus, sedangkan pada tahun 2011 angka kelahiran mati sebanyak 8 orang, kematian bayi baru lahir umur 0-7 hari sebanyak 56 kasus, kematian bayi baru lahir umur 8-28 hari sebanyak 10 kasus dan yang lebih dari usia 28 hari sebanyak 11 kasus. Berdasarkan data tersebut yang berarti angka kematian bayi di daerah Banjarmasin, Kalimantan selatan ikut menyumbang angka kematian bayi provinsi.
Penyebab kematian bayi baru lahir sangat beragam yaitu berat badan bayi lahir sangat rendah atau premature, bayi dengan kelainan seperti kelainan genetika akibat kromosom, kelainan fungsi jantung, kelainan fungsi paru atau pneumothoraks / pneumomediastinum, penyakit membran hialin (PMH), pneumonia, aspirasi cairan yang menyebabkan Respiratory disstres syndrome. Dan RDS ini merupakan penyebab utama kematian bayi prematur.
Berdasarkan register di ruang perinatal RS Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin dari bulan Januari – Desember 2011 dari 1377 kelahiran, 14.7% diantaranya mengalami asfiksia dan 7.62% diantaranya mengalami BBLR.
Dari data asfiksia dan BBLR di ruang perinatal dapat berdampak pada kejadian RDS. Dari hasil study pendahuluan yang didapatkan dari buku register ruang perinatal BLUD RS Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin dari bulan januari-september 2012 diketahui bahwa 65 bayi baru lahir mengalami respiratory disstres syndrome berdasarkan faktor predisposisinya seperti berat badan bayi lahir rendah dan asfiksia.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Gambaran Kejadian Respiratory Disstres Syndrom Pada Bayi Baru Lahir di ruang perinatology RS. Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin”

TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui Gambaran Kejadian Respiratory Disstres Syndrom Pada Bayi Baru Lahir di ruang perinatologi RS. Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena (termasuk bidang kesehatan) yang terjadi didalam suatu populasi tertentu. Pada umumnya survey diskriptif digunakan untuk membuat penelitian terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program dimasa sekarang, kemudian hasilnya digunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan program tersebut (Notoatmodjo, 2010).
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat, 2007).
Variabel yang ditentukan penulis pada penelitian ini hanya menggunakan satu variabel yaitu kejadian respiratory disstres syndrome, yang terjadi pada bayi baru lahir khususnya pada bayi dengan faktor predisposisinya seperti asfiksia dan Berat Bayi Lahir Rendah, karena kedua faktor predisposisi tersebut sangat berpengaruh untuk menimbulkan terjadinya respiratory disstres syndrome.
            Populasi pada penelitian ini adalah seluruh bayi yang dilahirkan di RS. Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin yang mengalami Respiratori disstres syndrome Pada bulan Januari hingga september tahun 2012 Populasi sebanyak 65 bayi.
Penelitian ini menggunakan teknik Sampling jenuh, sehingga ditetapkan sampel keseluruhan sebanyak 65 bayi. Penelitian ini bersifat Retrospektif (menggambarkan kejadian atau peristiwa masa lampau), sehingga dengan mengetahui gambaran kejadian masa lalu tentang respiratory disstres syndrome berdasarkan faktor predisposisinya seperti asfiksia dan berat bayi lahir rendah, maka dapat ditanggulangi sedini mungkin agar tidak terjadi bayi lahir dengan asfiksia dan berat bayi lahir rendah, Sehingga dapat menurunkan kejadian angka kesakitan bayi baru lahir dengan respiratory disstres syndrome berdasarkan faktor predisposisinya.
metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif karena bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena atau kejadian berdasarkan data yang telah terkumpul, data yang disajikan melalui tabel dan perhitungan persentase dengan rumus :
        F
P =       X 100%
        N
Keterangan :
P  =  Persentase
F  =  Frekuensi tiap kategori
N  =  Jumlah sampel
 HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1 : Distribusi frekuensi kejadian Respiratory Disstres Syndrom berdasarkan faktor predisposisi Berat badan lahir

No
Faktor Predisposisi
Klasifikasi
Berat Badan (gram)
F
%
1
Berat Badan Lahir
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
1500-2500 gram
42
64,62
Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR)
1000-1500 gram
12
18,46
Berat Badan Lahir Amat Sangat Rendah (BBLAR)
< 1000 gram
11
16,92
Jumlah
65
100

Tabel 2 : Distribusi frekuensi kejadian Respiratory Disstres Syndrom berdasarkan faktor predisposisi Asfiksia

No
Faktor Predisposisi
Klasifikasi
Score Apgar
F
%
1
Asfiksia
Asfiksia Berat
0-3
40
61,54
Asfiksia Sedang
4-6
17
26,15
Asfiksia Ringan
7
8
12.30
Jumlah
65
100

Tabel 3 : Cros Tabulasi kejadian Respiratory Disstres Syndrom  berdasarkan faktor predisposisi berat badan lahir rendah dan asfiksia

Klasifikasi faktor predisposisi
Asfiksia Berat
%
Asfiksia Sedang
%
Asfiksia Ringan
%
Jumlah
%
BBLR
25
38,46
13
20
4
6,15
42
64,62
BBLSR
7
10,76
1
1,53
4
6,15
12
18,46
BBLAR
8
12,31
3
4,61
0
0
11
16,92
Jumlah
40
61,54
17
26,15
8
12,30
65
100


Hasil penelitian menunjukan bahwa kejadian Respiratory Disstres Syndrom banyak dialami oleh bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah dan asfiksia. Berat badan bayi lahir terbanyak dialami pada bayi dengan klasifikasi berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu berat badan bayi antara 1500-2500 gram jumlah kejadian sebanyak 42 bayi baru lahir dengan persentase 64,62%. Untuk bayi baru lahir normal didefinisikan bayi lahir dengan presentasi belakang kepala melalui jalan lahir (pervaginam), usia kehamilan genap 37-42 minggu dengan berat badan 2500-4000 gram. Sehingga pada bayi prematur terjadi kurang maturnya organ-organ tubuh bayi, begitu juga dengan paru-parunya yang memiliki sulfaktan yang kurang atau tidak adekuatnya jumlah sulfaktan untuk membuat paru-paru mengembang, sehingga perlunya terapi sulfaktan segera setelah lahir.
pada kasus asfiksia berat bayi akan mengalami asidosis (perubahan ph tubuh) sehingga memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dan segera. Pada penelitian didapatkan kejadian tertinggi pada asfiksia terjadi pada bayi lahir dengan asfiksia berat dengan jumlah kejadian sebanyak 40 kejadian dan jumlah persentase 61,54%.
Klasifikasi bayi dengan berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) hanya terjadi pada 12 bayi baru lahir atau berada pada urutan kedua dengan persentase 18,46%, sedangkan klasfikasi berat badan lahir amat sangat rendah (BBLAR) terjadi 11 kejadian dengan persentase 16,92%. Pada klasifikasi asfiksia sedang terjadi 12 kejadian pada bayi baru lahir dengan persentase 26,15%, dan klasifikasi asfiksia ringan 8 kasus dengan persentase 12,31%.
klasifikasi bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah yang mengalami asfiksia berat sebanyak 25 kejadian respiratory disstres syndrom sehingga penanganan yang sebaiknya dilakukan sesuai dengan teori yaitu mempertahankan jalan nafas dengan cara ventilisasi dan oksigenasi yang adekuat, mempertahankan keseimbangan suhu tubuh bayi baru lahir, mempertahankan cairan dan elektrolit. kejadian berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) yang mengalami asfiksia berat sebanyak 7 kejadian, bayi baru lahir dengan berat badan lahir amat sangat rendah (BBLAR) yang mengalami asfiksia berat sebanyak 8 kejadian, bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yang mengalami asfiksia sedang sebanyak 13 kejadian, bayi baru lahir dengan berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) yang mengalami asfiksia sedang sebanyak 1 kejadian, bayi baru lahir dengan berat badan lahir amat sangat rendah (BBLAR) yang mengalami asfiksia sedang sebanyak 17 kejadian, bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yang mengalami asfiksia ringan sebanyak 4 kejadian, bayi baru lahir sangat rendah (BBLSR) yang mengalami asfiksia ringan sebanyak 4 kejadian, dan tidak ada kejadian bayi baru lahir dengan berat badan lahir amat sangat rendah (BBLAR) yang mengalami asfiksia sedang.
Diketahui dari hasil penelitian bahwa kedua faktor predisposisi berat badan lahir rendah (BBLR) dan asfiksia berat menjadi penyebab terjadinya respiratory disstres syndrome karena dengan ketidak maturan paru pada bayi baru lahir akibat bayi prematur dan asfiksia menyebabkan kurangnya sulfaktan yang membantu kerja dari paru-paru bayi. Sesuai dengan patofisiologi dari respiratory disstres syndrom jika sulfaktan menurun maka akan terjadi distensibilitas atau ketidak sesuaian aliran oksiden kedalam paru yang masuk menyebabkan oksigen didalam darah juga menurun sehingga terjadi atelektasis (kolaps paru-paru atau paru-paru tidak mengembang) kemungkinan yang terjadi adalah usaha bayi untuk bernafas semakin meningkat menyebabkan turunnya ventilisasi sehingga karbondioksida meningkat terjadi asidosis (perubahan ph), tekanan darah pada arteri menurun, aliran darah pada paru-paru menurun, tekanan pada arteri pulmonal meningkat menyebabkan sulfaktan semakin menurun, sehingga pelumas untuk bernafas semakit berkurang, oleh sebab itu terjadi asfiksia, terutama asfiksia berat. Sesuai dengan hasil penelitian bahwa klasifikasi kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) dan asfiksia berat lebih besar persentasenya, hal ini menunjukan bahwa kejadian respiratory disstres syndrome yang terjadi pada bayi baru lahir di RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin sesuai dengan faktor predisposisi yang ada diteori.
Gambaran penyebab Respiratory Disstres Syndrom disebabkan karena asfiksia dan berat badan lahir berdasarkan cros tabulasi atau tabulasi silang didapatkan penyebab tertinggi yaitu bayi dengan berat badan lahir rendah yang mengalami asiksia berat yaitu sebanyak 25 kasus di  RS. Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2012.
            Sehingga pada penelitian ini faktor predisposisi yang berpengaruh terhadap kejadian respiratory disstres syndrome adalah bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yang mengalami asfiksia berat.
UCAPAN TERIMA KASIH
            Saya sangat berterima kasih kepada ibu Sulasmi, SST selaku pembimbing I dan kepada bapak Drs. H. Mohdari, M.Si selaku pembimbing II dan ucapan terima kasih kepada RS. Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin yang telah memberikan izin serta tempat untuk melakukam penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Hidayat Aziz. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisa Data.
Betz, Cecily L & Linda A. Sowden. 2006. Penerbit buku kedokteran EGC. Buku Saku Keperawatan Pediatri.
Dewi, Vivian Nani Lia. (2010). Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta : Salemba Medika.
Drew, David, dkk. (2009). Resusitasi Bayi Baru Lahir Seri Praktik Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG
Ledewig, Patricia W & Marcia L London, Sally B old. 2006. Penerbit buku kedokteran EGC. Asuhan Ibu Dan Bayi Baru Lahir.
Maryunani, Anik & Nurhayati. 2009. Asuhan Kegawat Daruratan Dan Penyulit Pada Neonatus.
Notoatmodjo. (2010). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Proverawati, Atikah & Cahyo Ismawati. (2010). Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta : Nuha Medika.
Regiter Bayi Baru Lahir Di Ruang Perinatologi BLUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 20011-2012.
www.katalog.com. Katalog Karya Tulis Ilmiah. Diakses 3 Januari 2013.
www.Penelitian.com. Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Airlangga Terapi Sulfaktan Pada Hyalin Membran Disease (Respyratory Disstres Syndrome). Diakses 3 Januari 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar