Selasa, 31 Desember 2013

Tinjauan teori kehamilan dengan preeklamsi ringan


TINJAUAN TEORI IBU BERSALIN
DENGAN PREEKLAMSI RINGAN

A.  Pengertian
Pre eklamsia adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan proteinuria, edema atau kedua-duanya yang terjadi akibat kehamilan setelah minggu ke 20 atau kadang-kadang timbul lebih awal bila terdapat perubahan hidatidiformis yang luas pada vili dan korialis (Mitayani, 2009).
Pre eklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinnuria dan atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas. (Sujiyatini, 2009)
Preeklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria, dan edema yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke tiga pada kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnya pada mola hidatidosa. (Rukiyah, 2010).
Pre eklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas. (wordpress.com)
Pre eklampsia ringan adalah sindrom spesifik kehamilan dengan penurunan perfusi pada organ-organ akibat vasospasme dan aktivasi endothel.

B.  Etiologi
Penyebab pre eklampsia ringan belum diketahui secara jelas. Penyakit ini dianggap sebagai “maladaptation syndrome” akibat vasospasme general dengan segala akibatnya. (kuliahbidan.com)
Sedangkan Penyebab pre eklamsia saat ini juga belum bisa diketahui dengan pasti, walaupun penelitian yang dilakukan terhadap penyakit ini sudah sedemikian maju. Semuanya baru didasarkan pada teori yang dihubungkan dengan kejadian. Itulah sebab pre eklamsia disebut juga “disease of theory” (Rukiyah, 2010).
Teori yang dapat diterima haruslah dapat menerangkan hal – hal berikut :
1.      sebab bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan molahidatidosa
2.      sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan
3.      sebab dapat terjadinya perbaiakan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus.
4.      sebab jarangnya terjadi eklamsia pada kehamilan-kehamilan berikutnya
5.      sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma. (Hanifa W, 2006).
Dari hal-hal tersebut diatas, jelas bahwa bukan hanya satu faktor, melainkan banyak faktor yang menyebabkan pre-eklamsia dan eklamsia.
C.  Patofisiologi
Menurut Mochtar (2007) Pada preeklamsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerolus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan intertisial belum diketahui penyebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan glomerolus.

D.  Manifestasi Klinis
Gejala klinis pre eklampsia ringan meliputi :
1.    Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih; diastol 15 mmHg atau lebih dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih atau sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg; diastol 90 mmHg sampai kurang 110 mmHg.
2.    Proteinuria : secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara kualitatif positif 2 (+2).
3.    Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan.
4.    Tidak disertai gangguan fungsi organ.

Menurut Chapman Vicky (2006), factor resiko pre eklamsia :
1.    Pre eklamsia 10 kali lebih sering terjadi pada primigravida
2.    Kehamialn ganda memiliki resiko lebih dari 2 kali lipat
3.    Obesitas (yang dengan indeks masa tubuh > 29) meningkatkan resiko 4 kali lipat.
4.    Riwayat hipertensi
5.    Diabetes

Menurut Mitayani (2009), diagnosis di tegakkan berdasarkan :
1.    Wawancara
a.    Riwayat Kesehatan
1)   Riwayat kesehatan dahulu
a)    Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebelum hamil
b)   Kemungkinan ibu mempunyai riwayat pre eklamsia pada kehamilan terdahulu
c)    Biasanya mudah terjadi pada ibu yang obesitas
d)   Ibu mungkin pernah menderita ginjal kronis
2)   Riwayat kesehatan sekarang
a)    Ibu merasakan sakit kepala di daerah frontal
b)   Terasa sakit di ulu hati/nyeri epigastrium
c)    Gangguan virus : pandangan mata kabur, skotoma dan diplopia
d)   Mual dan muntah, tidaka da nafsu makan
e)    Gangguan serebral lain misalnya : terhuyung – uyung, refleks tinggi dan tidak tenang
f)    Edema pada ekstremitas
g)   Tengkuk terasa berat
h)    Kenaikan berat badan mencapai 1 kg seminggu
3)   Riwayat kesehatan keluargaKemungkiann mempunyai riwayat pre eklamsia dan  eklamsia dalam keluarga
4)   Riwayat perkawinan. Biasanya terjadi pada wanita yang menikah di bawah usia 20 tahun atau di atas 35 tahun.
b.    Pemeriksaan Fisik
1)   Tekanan darah
Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg, tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg (kenaikan tekanan darh sistol 30 mmHg atau lebih kenaikan tekanan diastole15 mmHg atau lebih dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih)
2)   Melihat Keadaan umum
3)   Kepala : terasa Sakit kepala atau tidak wajah odema atau tidak.
4)   Mata : perhatikan konjungtiva dan odema pada retina
5)   Pencernaan abdomen : nyeri daerah epigastrium, mual dan muntah.
6)   Ekstremitas : Edema pada kaki dan tangan juga jari
7)   Sistem pernafasan
8)   Pemeriksaan janin : pastikan denyut jantung janin dan pergerakan janin.
c.    Pemeriksaan penunjang
1)   Pemeriksaan laboratorium: Pemeriksaan darh lengkap denagn hapusan darah, penurunan hemoglobin, hematokrit meningkat, trombosit menurun
2)   Urinalisis: Ditemukan protein dalam urin
3)   Pemeriksaan fungsi hati : bilirubin meningkat, LDH meningkat, SGPT dan SGOT meningkat, total protein serum menurun.
4)   Tes kimia darah: Asam urat meningkat
5)   Ultrasonografi : aktifitas janin melambat dan volume cairan ketuban berkurang.

E.   Komplikasi
Komplikasi terberat adalah Preeklamsi berat dan Eklamsi yang berujung pada kematian ibu dan janin. Komplikasi dibawah ini yang bisa terjadi pada pre eklamsia dan eklamsia (Rukiyah, 2010)
Komplikasi yang terjadi pada ibu :
1.    Solusio Plasenta : Komplikasi ini terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada pre eklamsia
2.    Hipofibrinogenemia : Biasanya terjadi pada pre eklamsia berat. Oleh karena itu dianjurkan untuk pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala.
3.    Hemolisis : Penderita dengan PEB kadang-kadang menunjukkan gejala klinik hemolisis yang dikenel dengan ikterus. Belum diketahui dengan pasti apakah ini merupakan kerusakan sel hati atau destruksi sel darh merah. Nekrosis periportal hati yang sering ditemukan pada autopsy penderita eklamsia dapat menerangkan ikterus tersebut.
4.    Perdarahan Otak : Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal penderita eklamsia.
5.    Kelainan Mata : Kehilangan penglihatan untuk sementara yang berlangsung sampai seminggu dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina. Hal ini merupakan tanda gawat akan terjadi apopleksia serebri.
6.    Edema Paru-Paru : Paru-paru menunjukkan berbagai tingkat edema dan perubahan karena bronkopnemonia sebagai akibat aspirasi. Kadang-kadang ditemukan abses paru-paru.
7.    Nekrosis Hati : Nekrosis periportal hati pada pre eklamsia/eklamsia merupakan akibat vasopasme arteriole umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklamsia, tetapi juga dapat terjadi pada penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.
8.    Sindroma HELLP (Haemolisys elevated liver enzymes dan low palatelet) Merupakan sindrom kumpulan gejala klinis berupa gangguan fungsi hati, hepatoselular (peningkatan enzim hati [SGOT,SGPT], gejala subyektif [cepat lelah, mual, muntah, nyeri epigastrium]). Hemolisis akibat kerusakan membrane eritrosit oleh radiakl bebas asam lemak jenuh dan tak jenuh. Trombositopenia (,150.000/cc), agregasi (adhesi trombosit did inding vaskuler), kerusakan tromboksan (vasokonstriktor kuat), lisosom.
9.    Kelainan Ginjal : Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel endothelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur yang lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria samapi gagal ginjal.
10.     Komplikasi Lain : Lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang – kejang pneumoni aspirasi dan DIC (disseminated intravascular coagulation)
Komplikasi yang terjadi Pada Janin
Janin yang dikandung ibu hamil pre eklamsia akan hidup dalam rahim dengan nutrisi dan oksigen dibawah normal. Keadaan ini bisa terjadi karena pembuluh darh yang menyalurkan darah ke plasenta menyempit, karena buruknya nutrisi pertumbuhan janin akan terhambat sehingga akan terjadi bayi dengan berat lahir rendah. Bisa juga janin dilahirkan kurang bulan (prematuritas), komplikasi lanjut dari prematuritas adalh keterlambatan belajar, epilepsy, serebral palsy, dan masalah pada pendengaran dan penglihatan, bayi saat dilahirkan asfiksia, dsb.

F.   Penatalaksanaan
Penanganan Preeklamsia ringan menurut Rukiyah (2010), dapat dilakukan dengan dua cara tergantung gejala yang timbul yakni :
1.    Penatalaksanaan rawat jalan pasien preeklamsia ringan, dengan cara : ibu dianjurkan banyak istirahat (berbaring,tidur/miring), diet : cukup protein, rendah karbohidrat,lemak dan garam; pemberian sedativa ringan : tablet phenobarbital 3x30 mg atau diazepam 3x2 mg/oral selama 7 hari (atas instruksi dokter); roborantia; kunjungan ulang selama 1 minggu; pemeriksaan laboratorium: hemoglobin, hematokrit, trombosit, urin lengkap, asam urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal.
2.    Penatalaksanaan rawat tinggal pasien preeklamsi ringan berdasarkan kriteria : setelah duan minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya perbaikan dari gejala-gejala preeklamsia; kenaikan berat badan ibu 1kg atau lebih/minggu selama 2 kali berturut-turut (2 minggu); timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda preeklamsia berat.
Bila setelah satu minggu perawatan diatas tidak ada perbaikan maka preeklamsia ringan dianggap sebagai preeklamsia berat. Jika dalam perawatan dirumah sakit sudah ada perbaikan sebelum 1 minggu dan kehamilan masih preterm maka penderita tetap dirawat selama 2 hari lagi baru dipulangkan. Perawatan lalu disesuaikan dengan perawatan rawat jalan.
Perawatan obstetri pasien preeklamsia menurut Rukiyah (2010) adalah :
1.    Kehamilan preterm (kurang 37 minggu) : bila desakan darah mencapai normotensi selama perawatan, persalinan ditunggu sampai aterm; bila desakan darah turun tetapi belum mencapai normotensi selama perawtan maka kehamilanya dapat diakhiri pada umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
2.    Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih) : persalinan ditunggu sampai terjadi onset persalinan atau dipertimbangkan untuk melakukan persalinan pada tanggal taksiran persalinan
3.    Cara persalinan: Persalinan dapat dilakukan secara spontan bila perlu memperpendek kala II.
Menurut Winkjasastro Hanif (2006), Pengobatan hanya dapat dilakukan secara simtomatis (pencegahan) karena etiologi pre eklamsia dan faktor – faktor apa dalam kehamilan yang menyebabkannya belum diketahui, tujuan penanganan ialah: Mencegah terjadinya pre eklamsia berat dan eklamsia, Melahirkan janin hidup, Melahirkan janin dengan trauma sekecil-kecilnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar