Selasa, 03 September 2013

Laporan Kasus Kejang Demam Pada Anak



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Anak merupakan hal yang penting bagi sebuah keluarga. Selain sebagai penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus bangsa. Oleh karena itu tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih-lebih bila anaknya mengalami kejang demam.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada anak. Kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas, kemudian disusul dengan infeksi saluran pencernaan. Insiden terjadinya kejang demam terutama pada anak umur 6 bulan ssampai 4 tahun. Hampir 3% dari anak yang berumur dibawah 5 tahun pernah menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada anak laki-laki dari pada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena paa wanita didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan dengan laki-laki.
Berdasarkan laporan dari daftar diagnosa dari laboratorium SMF ilmu timbulnya kejang berulang atau kejang yang lama akan mengakibatkan kerusakan sel-sel otak kurang menyenangkan dikemudian hari, terutama adanya cacat baik secara fisik, mental ataupun sosial yang menggangu pertumbuhan dan perkembangan anak.
Hal inilah yang menjadi latar belakang penulisan laporan kasus ini. Penulis berharap agar krya tulis ini dapat berguna bagi semua pihak yang memerlukan, khususnya sesama rekan tenaga kesehatan guna menambah pengetahuan, kemampuan mengatasi kejang demam, yang mencakup apa kejang demam, bagaimana cara penanganannya, dan komplikasi yang terjadi jika kejang demam tidak segera ditangani dengan cepat dan tepat.

B.     Rumusan Masalah
Berdasrkan latar belakang yang telah diuraikan, maka didapatkan rumusa masalah pada kasus ini adalah “ Bagaimana Asuhan Kebidanan Yang Diberikan Kepada Pasien Dengan Kejang Demam Di Ruang Merpati Kelas II Anak Rumah Sakit Sari Muila Banjarmasin “

C.     Tujuan
Tujuan umum dan tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penulisan laporan kasus ini adalah sebagai berikut:
1.      Tujuan Umum
a.       Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kejang demam sederhana serta bagaimana cara penanganannya.
b.      Untuk mengetahui tanda-tanda gejala dan penyebab terjadinya kejang demam sederhana.
2.      Tujuan Khusus
a.       Untuk mengetahui tanda-tanda gejala dan penyebab terjadinya kejang demam sederhana.
b.      Untuk mengetahui komplikasi apa yang dapat terjadi jika kejang demam terlambat ditangani.
c.       Untuk mengetahui penatalaksanaan asuhan kebidanan pada anak dengan kejang demam sederhana

D.    Manfaat
Penyusun berharap agar laporan kasus ini memiliki manfaat sebagai berikut:
1.      Sebagai media meningkatkan kemampuan dan pengetahuan penyusun sendiri.
2.      Sebagai bahan bacaan dan penambah wawasan bagi masyarakat, khususnya bagi sesama tenaga kesehatan.
3.      Sebagai bahan acuan dan pelengkap pembelajaran.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    Pengertian
Kejang demam (febrile convulsion) adalah kejang yang  terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal lebih dari 380 ) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak, terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3% dari anak yang berumur dibawah 5 tahun pernah menderita kejang demam. Pada percobaan yang dilakukan pada binatang, suhu yang tinggi menyebabkan terjadinya kejang.

B.     Etiologi
Penyebab demam itu sendiri disebabkan oleh:
1.      Demam yang disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia, gastroentritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.
2.      Efek produk toksik pada mikroorganisme
3.      Respon alaergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.
4.      Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.
5.      Ensefalitis viral ( radang otak akibat virus ) yang ringan, yang tidak diketahui atau enselofali toksik sepintas.
Menurut staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI (1985: 50) faktor presipitasi kejang demam: cenderung timbul 24 jam pertama pada waktu sakit demam atau dimana demam mendadak tinggi karena infeksi pernapasan bagian atas. Demam lebih sering disebabkan oleh virus daripada bakterial.

C.     Patologi
untuk mempertahan kan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dengan perantara fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa sum ber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi yang dipecah menjadi karbondioksida dan air.
Pada keadaan demam kenaikan suhu 10C akan mengakibatkn kenaikan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak umur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewaa yang hanya 15%. Oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui membrane tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapt meluas keseluruh sel maupun  membran sel disekitarnya dengan bantuan yang disebut “neurotransimitter” dan terjadi kejang. Tiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda dan tergangtung tinggi rendahnya ambang kejang seseorang. Anak akan menderita kejang pada suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang akan terjadi pada suhu 380C sedangkan anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejan akan terjadi pada suhu 400C atau lebih. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa berulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada anak dengan ambang kejangg yang rendah. Dalam penanggulannya perlu memperhatikan pada tingkat suhu beberapa pasien menderita kejang.
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapia, asidosis laktat disebabkab oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan makin meningkaynya aktifitas otot dan selanjutnya mneyebabkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejan lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permehabilitas kapiler dan timbul odema otak yang mengakibatkan kerusakan neuron otak. Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapatkan serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi “matang” dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsy yang spontan. Karena itu kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak sehingga terjadi epilepsi.

D.    Manifestasi klinik (Tanda gejala)
Kebanyakan kejang demam berlangsung singkat, bilateral, serangan berupa kronik atau tonik-klonik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidakmemberi reaksi apapu untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf. Kejang demam dapat berlangsung lama atau parsial. Pada kejang yang unilateral kadang-kadang diikuti oleh hemiplegi yang menetap. Kejang demam terkait dengan suhu yang tinggi dan biasanya berkembang bila suhu tubuh mencapai 390C atau lebih, ditandai dengan adanya kejang khas menyeluruh lamanya beberapa detik sampai 10 menit. Kejang demam yang menetap >15 menit menunjukkan penyebab organik seperti proses infeksi atau toksik, selain itu juga dapat terjadi mata terbalik keatas dengan disertai kekakuan dan kelemahan serta gerakan sentakan berulang.


E.     Komplikasi
Komplikasi kejang demam umumnya berlangsung 15 menit yaitu:
1.      Kerusakan otak yang terjadi melalui mekanisme eksitotoksik neuron saraf yang aktif sewaktu kejang melepaskan glutamat yang mengikat resptor yang mengakibatkan ion kalsium dapat masuk ke sel otak yang merusak sel neuron secara irrevesible.
2.      Retardasi mental dapat terjadi karena deficit neurologis ada demam neonatus.

F.      Penatalaksanaan Medis
Dalam penanggulangan kejang demam sederhana adapun penatalaksanaan medisnya sebagai berikut:
1.      Mengatasi kejang dengan memberikan obat anti kejang
Obat piliha utama adalah Diazepam yang diberikan secara intravena. Keampuhan diazepam ini yang diberikan secara intravena tidak perlu dipersoalkan lagi karena keberhasilan untuk menkan kejag sekitar 80% - 90%. Efek terapeutiknya sangat cepat, kira-kira 30 detik sampai 5 menit dan efek toksiknya yang serius hampir tidak dijumpai apabila diberikan secara perlahan dan dosisnya tidak melebihi 50 mg per suntikan. Dosisnya diberikan sesuai dengan berat badan, biasanya dosis rata-rata yang dipakai 0.3 mg/kg BB/ kali maksimum 5 mg pada anak berumur kurang dari 5 tahun, dan 10 mg pada anak yang lebih besar. Diazepam dapat diberikan secara berulang pada kejang tetapi tidak dianjurkan untuk digunakan pada dosis yang tinggi.
2.      Membebaskan jalan nafas, oksigenasi secukupnya.
3.      Menurunkan panas bila demam atau hipereaksi, dengan kompres seluruh tubuh dan bila telah memungkinkan dapat diberikan paracetamol 10mg/kg BB/kali kombinasi diazepam 0,3 mg/ kg BB.
4.      Memberikan cairan yang cukup bila kejang berlangsung cukup lama kurang dari 10 menit, dengan IV : D5 ¼ NS, D5 1/5, RL

BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK SAKIT
DI RUANG MERPATI KELAS II ANAK
RUMAH SAKIT SARIMULIA BANJARMASIN

PENGKAJIAN DATA
Hari/ Tanggal  : Selasa, 03 Juli 2012
Tempat            : Ruang merpati merpati kelas II anak RS.Sari Mulia Banjarmasin
Pukul               : 12.30 WITA
A.    SUBJECTIVE DATA
1.      Identitas
a.       Anak
Nama               : An. N
Tanggal lahir   : 3 januari 2009
Jenis kelamin   : perempuan
b.      Orang Tua

Ibu
Ayah
Nama
Ny. M
Tn. A
Umur
 29 Tahun
32 tahun
Agama
Islam
Islam
Suku/bangsa
Banjar/Indonesia
Banjar/Indonesia
Pendidikan
SMA
SMA
Pekerjaan
IRT
Swasta
Alamat
Gg.Nusantara RT 9 Banjarmasin
Gg.nusantara RT 9 Banjarmasin
2.      Keluhan Utama
Ibu mengatkan bahwa anaknya yang berumur 3,5 tahun mengalami demam selama kurang lebih 2 hari dan kejan 2 kali kurang lebih 5 menit.
3.      Riwayat Prenatal
a.       Kehamilan ke  : 1
b.      Tempat ANC  : BPS dan Puskesmas
c.       Imunissasi TT  : Lengkap
d.      Obat yang diminum ibu selama hamil :Fe, kalk, as.folat
e.       Penerimaan ibu/ keluarga terhadap kehamilannya      : antusias
f.       Masalah yang pernah dialami ibu selama hamil          : tidak ada
4.      Riwayat  Intranatal
a.       Persalinan ke                           : 1
b.      Tempar persalinan                   : BPS
c.       Masalah persalinan                  : tidak ada
d.      Cara persalinan                        : Normal
e.       Lama persalinan
Kala I              : kurang lebih 9 jam
Kala II             : kurang lebih 30 menit
f.       Keadaan bayi saat lahir           : segera menangis
BB : 2800 gram         PB : 50 cm
5.      Riwayat kesehatan
a.       Anak
Ibu mengatakan anaknya tidak pernah menderita penyakit jantung, penyakit menurun seperti asma,DM, dan Hipertensi, penyakit menular seperti TBC, hepatitis, dan lainnya.
b.       Keluarga
Ibu mengatakan anaknya tidak pernah menderita penyakit jantung, penyakit menurun seperti asma,DM, dan Hipertensi, penyakit menular seperti TBC, hepatitis, dan lainnya.

6.      Status Imunisasi
Jenis imunisasi
Umur diberikan
Tempat pelayanan
Vit K
Segera setelah lahir
BPS
Hb0
2 jam setelah Vit K
BPS
BCG + polio 1
1 bulan
Puskesmas
Combo 1+ polio 2
2 bulan
Puskesmas
Combo 2 + polio 3
3 bulan
Puskesmas
Combo 3 + polio 4
4 bulan
Puskesmas
Campak
9 bulan
Puskesmas

7.      Pola Kebutuhan Biologis
a.       Kebutuhan Nutrisi
Jenis makanan dan minuman  : Nasi, sayur, lauk pauk, dan susu
Formula
Frekuensi                                 : 3-4 kali sehari
Banyaknya                              : Sesuai  kebutuhan
b.      Eliminaasi
BAB
Frekuensi         : 1 kali sehari
Warna              : kuning kecoklatan
Konsistensi      : lembek
BAK
Frekuensi         : 6-7 kali sehari
Warna              : kuning jernih
Bau                  : khas urine
c.       Personal Hygiene
Frekuensi mandi                      : 2 kali sehari
Frekuensi gati pakaian            : sesuai kebutuhan

8.      Data Psikososial Dan Spiritual Orang Tua/ Keluarga
a.       Tanggapan keluarga terhadap keadaan anaknya   : cemas
b.      Penentu penganbilan keputusan dalam keluarga  : suami
c.       Pengetahuan keluarga tentang perawatan anak    :ibu mngetahui dari bidan dan orang tua
B.     OBJECTIVE DATA
1.      Pemeriksaan umum
a.       Keadaan umum           : baik
b.      Kesadaran                   : compos mentis
c.       Tanda-tanda vital        : Nadi : 95x/menit, suhu 38,5 0C, Respirasi:
48x/menit
2.      Pemeriksaan antropometri
a.       BB                   : 13 kg
b.      TB                   : tidak dilakukan
c.       Lingkar kepala: tidak dilakukan
d.      Lingkar dada   : tidak dilakukan
e.       LILA               : tidak dilakukan
3.      Pemeriksaan khusus
a.       Kepala : ubun-ubu datar, kulit kepala bersih, pertumbuhan rambut
merata tidak ada massa
b.      Muka   : Simetris, tidak odem dan tidak pucat
c.       Mata    : Simetris, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
d.      Telinga :Simetris, tidak ada massa dan pengeluaran cairan serumen
e.       Hidung : Simetris, tidak ada polip dan pernapasan cuping hidung
f.       Mulut  : Bibir simetris, tidak pucat dan tidak ada sariawa
g.      Leher   : tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid dan vena
Jugularis
h.      Dada   : tidak ada retraksi dada saat respirasi
i.        Abdoment : tidak buncit dan tidak ada nyaeri tekan
j.        Genetalia : tidak diperiksa

4.      Pemeriksaan penunjang
a.       HB                              : 12,4 gr%
b.      Golongan Darah          : A
c.       Trombosit                    :4,35 juta/mm3
d.      Leukosit                      :54000/mm3
e.       Malaria                        : Negative

C.     ASSESMENT
1.      Diagnosa   : Anak berumur 3,5 tahun dengan kejang demam.
2.      Masalah     : Anak mengalami kejang setelah demam selama 2 hari
3.      Kebutuhan            :Mengatasi demam tinggi yang terjadi pada anak, untuk
menghindari kejang terulang kembali, serta diberi konseling

D.    PLANNIG
1.      Memberitahu ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa anak mengalami demam tinggi dengan suhu : 38,50C Respirasi : 48 x/menit Nadi : 95x/menit
“ Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan pada anaknya

2.      Memberitahu pada ibu bahwa anak akan dipasang oksigen untuk membebaskan jalan nafas pada anak
Ibu bersedia anaknya diberikan oksigen

3.      Memberitahu pada ibu bahwa anak akan dipasaang infus RL 20 t/m guna untuk memberikan cairan elektrolit melelui intravena.
ibu bersedia anaknya dipasang infus

4.      Menganjurkan ibu untuk melakukan kompres hangat pada anak untuk menurunkan demam
ibu bersedia melakukan kompre hangat pada anaknya

5.      Memberikan injeksi sesuai dengan advis dokter yaitu diazepam 50 mg secara rectal yang bertujuan untuk mengatasi kejang, foricef dengan dosis 3x500 mg untuk antibiotik yaitu mencegah terjadinya infeksi, dan memberikan norages (k/p) dengan dosis 50 mg bertujuan untuk meringankan rasa sakitnya.
“ injeksi telah diberikan sesuai dengan advis dokter”

6.      Memberikan obat per oral pada anak yaitu syrup sanmol 3x1,5 sendok teh untuk menurunkan demam anak.
“ obat telah diberikan sesuai dengan anjuran dokter

BAB IV
PEMBAHASAN
Dari tinjauan yang telah dilakukan pada anak N di Ruang Merpati Rumah Sakit Sari Mulia Banjarmaasin Pada Hari Selasa 02 juli 2012 dengan diagnosa Kejang Demam. Hal ini dapat dilihat dari keterangan orang tua pasien yang mengatakan bahwa anaknya mengalam demam selama 2 hari dan kejang 2 kali dengan lama kurang lebih 5 menit. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik, mukosa bibir dan mulut tampak kering. Ketika dilakukan pengukuran suhu pada tubuh anak, diperoleh suhu tubu anak tinggi yaitu 38,50C, hal ini menandakan anak mengalami demam dan terlihat gelisah serta lemas. Suhu tingg pada anak adalah faktor terjadinya kejang pada anak.
            Pertolongan pertamam pada anak adalah dengan segera membawa anak ke Rumah Sakit Sari Mulia Banjarmasin dan ditangani oleh dokter dan diberi peeertolongan yaitu dengan pemasangan infus RL 20 t/m, dan diberikan diazepam 50 mg secara rectal untuk mengatasi kejang, injeksi foricef 3x500 mg untuk antibiotik yaitu mencegah terjadinya infeksi, dan memberikan sanmol syirup 3x1,5 sendok teh dan melakukan kompres hangat untuk menurunkan demam.
            Anak mengalami kejang setelah 2 hari demam dimana demam meningkat paa hari kedua sehingga anak mengalami kejang pada suhu tubuh mencapai 38,50C. Anak mengalami kejang selama 5 menit. Penyebab terjadinya kejang pada anak adalah ketika suhu tubuh tinggi maka metabolisme basal dan kebutuhan oksigen meningkat, sehingga neuron dalam membran sel saraf tidak seimbang yang mengakibatkan terlepasnya muatan listrik, yang merambat ke sel maupun ke membran sel di sekitarnya sehingga terjadilah kejang.

BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Demam merupakan penyakit yang sering dijumpai pasa anak. Demam yang tinggi pada anak bisa menimbulkan terjadinya kejang demam. Demam yang memicu terjadinya kejang ditandai dengan suhu tubuh anak yang mencapai 380C.
            Pertolongan pertama pada anak dengan kejang demam yaitu membawa anak kerumah sakit dengan diberikan diazepam rectal yang berfungsi untuk mengatasi kejang, serta obat penurun demam yang berupa injeksi maupun oral. Kejang demam yang berlangsung singkat ( kurang lebih 5 menit ) pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa, yaitu rusaknya neuron otak.
            Komplikasi yang mungkin terjadi jika anak terkena kejang demam adalah yang berlangsung lama yaitu lebih dari 15 menit, yang dapat mengakibatkan kerusakan otak dengan mekanisme eksitotoksik, selain itu penurunan mental, dan kerusakan pada daerah medial lobus temporalis yang memicu terjadinya epilepsi.

B.     Saran
Saran yang dapat diberikan mengenai permasalahan kejang demam antara lain sebagai berikut:
1.      Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan tambahan referensi tentang kejang demam, bagaimana cara penatalaksaan medisnya, apa saja terapi yang harus diberikan dan hal apa saja yan medisnya, apa saja terapi yang harus diberikan dan hal apa saja yang dapat dilakukan untuk terhindar dari kejang demam. 
2.      Bagi Tenaga Kesehatan
Penatalaksanaan yang efektif dan efisien pada pasien untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan mencegah terjadinya komplikasi
3.      Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan medis terhadap penderita kejang demam, apa saja penyebab, tanda-tanda gejala klinisnya dan terapi apa saja yangf dapat diberikan pada penderita kejang demam serta bagaimana cara mencegh terjadinya demam yang memicu terjadinya kejang.

DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 1989. Perawatan Bayi Dan Anak. Ed 1. Jakarta : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan.

Hidayat, aziz alimun. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba.

Lumbantobing,SM.1989.Penatalaksanaan Muthakhir Kejang Pada Anak.Jakarta : FKUI

Sachann, M Rossa. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC.

Suriadi, dkk2001. Askep Pada Anak. Jakarta. Pt Fajar Interpratama.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2000. Buku Kuliah Dua Ilmu KesehatanAnak. Jakarta : Percetakan Info Medika Jakarta

Utaminingsih,Rahayu Wahyu. 2010. Menjadi Dokter bagi Anak Anda. Yogyakarta : Cakrawala ilmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar