Selasa, 03 September 2013

Resuman KDPK



1.      Pemeriksaan darah menggunakan specimen darah untuk mendeteksi  adanya kerusakan hepatoseluler. Albumin digunakan untuk mendeteksi kemampuan albumin yang disintesis oleh hepar yang menunjuk kan adanya gangguan hepar atau tidak. Asam urat untuk mendeteksi penyakit ginjal, anemia asam folat, luka bakar dan kehamilan yang  terjadi akibat peningkatan asam urat dapat di indikasi kan penyakit leukimia,  kanker, eklamsia berat dan gagal ginjal serta malnutrisi. Bilirubin dilakukan untuk mendeteksi kadar bilirubin, bilirubin indirect untuk untuk mendeteksi adanya anemia, dan malaria sedangkan bilirubin direct untuk mendeteksi adanya ikterik obstruktif oleh karena batu atau neoplasma, hepatitis, dan sirosis.
2.      Gula darah puasa dilakukan untuk mendeteksi adanya diabetes. Hcg untuk mendeteksi kehamilan karena hcg adalah cairan yang dihasilkan oleh plasenta.
3.      Kesalahan2  yang lazim terjadi dalam memperoleh darah adalah: a. Darah kapiler ( mengambil darah dari daerah yang mengalami gangguan, tusukan yang kurang dalam, kulit yang ditusuk masih basah alkohol, tetes darah pertama digunakan untuk pemeriksaan, terjadi bekuan ) b. Darah vena ( menggunakan spuit atau jarum yang basah, menggunakan ikatan terlalu lama, terjadi bekuan dalam spuit, dan terjadi bekuan dalan botol).
4.      Hemoglobin(hb sahli) untuk mendeteksi adanya anemia, yang pada laki2 normalnya 13,5-18 gr/dl dan pada wanita 12-16 gr/dl. Pada ibu hamil hb  nya diatas 10 sudah dikatakan normal sedangkan pada orang normal dikatakan anemia. Menggunakan cairan Hcl 0,1% lalu darah nya disedot 2ul, dicampur, diaduk kemudian  ditambahkan hcl sampai warna nya sama dengan pembanding. Ada 2 cara yang digunakan dalam pemeriksaan hb yaitu 1. Fotoelektrik dengan sianmethemoglobin yaitu mengubah hb menjadi sianmethemoglobin dalam larutan kaliumferrisianida dan kaliummsianida, biasa untuk pemeriksaan labollatorium. 2. Kolorimetrik visual: dengan hb sahli
5.      Kesalahan2  yang terjadi dalam pemeriksaan hb sahli adalah : tidak tepat mengambil 20 ul darah, darah dalam pipet tidak sempurna, tidak baik mengaduk campuran darah dan asam waktu mengencerkan, tidak , memperhatikan waktu, kehilangan cairan dari tabung, ada gelembung udara dalam tabung. Ph urine 4,5-8 dan berat nya 1,003-1,030
6.      Glukosa/reduksi urine untuk memeriksa kadar gula dalam darah menggunakan benedict 2,5 ml dan 4 tetes urine yang dcampur menjadi satu lalu dipanaskan selama 2menit tetapi tidak sampai mendidih. Di katakan negatif  jika tetap jernih biru atau biru kehijauan. +1 jika hijau kekuningan dan keruh (0,5-1%) +2 jika kuning keruh (1-1,5%) +3 jika jingga atau lumpur keruh (2-3,5%) +4 jika semerah bata (>3,5%).
7.      Protein/albumin urine adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi kemampuan albumin yang disentesis oleh hepar dengan  menggunakan asam asetat 5%  sebanyak 4tetes dan urine 2-3 ml, urine dipanaskan dulu sampai mendidih lalu diberi asam asetat dikatakan negatif  jika tidak ada keruhan. + jika keruh tapi tidak ada keruhan(0,01-0,05%) ++ keruh dan tampak ada butiran(0,05-0,2%) +++ keruh berkeping2(0,2- 0,5%)++++ sangat keruh dan padat(>0,5%).
8.      Pemeriksaan laboratorium meliputi darah(menggunakan specimentt  darah), USG adalah suatu prosedur diagnosis yang dilakukan diatas permukaan kulit/ diatas rongga tubuh untuk mendeteksi kista, tumor, molahidatidosa, IUFD(intra uteri fetal dead,bayi meninggal dalam kandungan),  missed abortion, massa pelvic, placenta previa, dan tanda anatomi janin.
9.      Pemeriksaan urine dilakukan pada penyakit asam urat yaitu pada penyakit ginjal, eklamsia, keracunan timah hitam,dan leukimia. Dan dilakukan pada bilirubin yaitu pada penyakit obstruktif saluran. Feces dilakukan untuk diare pada anak. Sputum untuk TBC.
10.  Abnormalitas kehamilan meliputi: 1. Cairan amnion normalnya 500-1500cc(polihidromion adalah cairan amnion terlalu banyak sedangkan oligohidramion adalah cairan terlalu sedikit), 2. Fetus, 3. Placenta terdiri dari placenta prepia(placenta menutup sebagian vagina), solosio placenta( placenta kkeluar lebih dulu dari pada bayi) 4. Massa pelvis.
11.  Missed abortion terhadap mola adalah bayi meninggal didalam rahim.
12.  Abortus/abortion terdiridari a. Memakat( keguguran awal, darah sdikit, masih bisa dipertahankan), b. Nsisien (sedang berlangsung, darah banyak) c.incomplete( sebagian bayi keluar) d. Complete(seluruh bagian bayi telah keluar).
13.  Persiapan dan penatalaksanaan izin kepada pasien, puasa, oleskan jely, tranduer digerakakan dengan tangan, diilakukan 10-30 menit, premedikasi jarang dilakukan, pasien tidak boleh merokok.
14.  Rontgen/ sinarX  digunakan untuk mendeteksi  kelainan berbagai organ. Indikasi rontgen untuk  janin adalah untuk diagnosa kehamilan, maturitas janin, keadaan  janin (letak, presentasi, posisi, gemeli, kelainan kongenital, IUFD, hidramnion, molahidatidosa, dan kelainan ektopik) dan indikasi ibu untuk pemeriksaan rutin thorax dan pelvimetri radioligik(untuk mengetahui bangun dan ukuran panggul)
15.  Indiksai pelvimetri adalah adanya dugaan disproporsi ukuran bayi dengan panggul ibu, kelainan panggul(karena trauma kecelakaan), ibu mempunyai riwayat penyakit perusak panggul, dan adanya kelainan letak bayi.
16.  Tekhnik pelvimetri foto Ro PAP dan Fo Lateral.
17.  Panggul sempit(bayi hanya 2,5 kg kebawah), panggul sedang(2,5-3,5 Kg), dan panggul luas(3,5-3,9kg). Sedangkan ukuran panggul normal adalah pintu atas  panggul berdiameter 22 cm, pintu panggul tengah berdiameter 20 cm, dan pintu bawah panggul berdiameter 16 cm. 
18.  H1 sejajar dengan dengan pintu atas panggul peritonium, H2 sejajar dengan hot1 setinggi atas bawah simpisis fubis, H3 sejajar dengan hot1 setinggi spina isiadica, H4 sejajar dengan hot1 setinggi koksigis.
19.   Kardiotokografi untuk pemeriksaan DJJ dan perubahan nya yang berakibat aktivitas uterus dan gerakan janin selama kehamilan.
20.  Pemeriksaan CTG ada 2 yaitu :
a.       NST (test tanpa kontraksi), interpretasinya reaktif(DJJ semuanya dalam keadaan normal), non reaktif (DJJ nya abnormal, variabilitas DJJ 2 dpm) dan meragukan(semuanya tidak dalam keadaan normal)
b.      CST adalah menilai hubungan periodik  DJJ dan kontraksi yang berguna untuk mendeteksi hipoksia janin. Interpretasinya negatif dan positif, mencurigakan, tidak memuaskan dan hiperstimulasi.
21.  Indikasi pemeriksaan CTG adalah preeklamsia, ketuban pecah, DM, kehamilan lebih dari 40 minggu, ashma bronchiale, infeksi Torcho dan bekas SC, PJT, gerak janin berkurang, lilitan tali pusat dan hidrops fetalis (kelainan paru2)
22.  Laparoskopy adalah tindakan pembedahan engan menggunakan alat khusu untuk masuk dalam tubuh kita dengan melalui lubang kecil. Dengan keunggulan nyeri bedah lebih ringan, perawatan di RS lebih singkat, dapat melakukan aktivitas lebih cepat, dan hasil kosmetik lebih memuaskan.  Dan kerugian nya adalah masih mahal nya alat2 yang digunakan untuk melakukan laporoskopy.
23.  Teknik pemberian obat yang harus diperhatikan adalah ketahui indikasi, dosis, cara  pemberian, dan efek samping.
24.  Enam prinsip benar  adalah benar dosis, obat, pasien, cara , waktu, dan advis dokter.
25.  Cara pemberian obat ada : 1. enteral(oral) tujuan nya hanya untuk saluran GE, menghindari kerusakan kulit. 2. Parenteral(IM, SC, IV, IC) atau dengan menggunakan spuit tujuan nya reaksi lebih cepat, reaksi setempat, menegak kan diagnosis, memberikan zat imunologi dan resikonya adalah merusak jaringan kulit, nyeri pada pasien, dan salah tusuk. 3. Topikal(vagina dan recctum) bertujuan untuk mengobati infeksi vagina, menghilangkan nyeri, rasa terbakar, dan ketidak nyamanan pada vagina, serta mengurangi peradangan. 4. Sublingual dibawah lidah, untuk memberi efek lokal dan sistemik, lebih cepat reaksinya, menghindari kerusakan hati 5. Inhalasi (nebulizer) melalui pernafasan  untuk mengencerkan secret, melegakan tenggorokan, mengobati infeksi saluran pernafasan atas. 6. Epidural pemberian obat dengan cara disuntik kan pada lumbal5, atau disebut dengan anestesi regional, dilakukan pada kehamilan primigravida, ibu dengan pembukaan 4 dan , ibu bersalin dengan caesar. Adapun keuntungan nya adalah klien nyaman dan tenang dan nyeri berkurang sedangkam kerugian nya adlah memperpanjang waktu persalinan, tidak tau kapan ibu kontraksi dan sulit BAK. Kontra indikasi nya pada ibu yang menggunakan obat pengencer darah(sakit jantung) dan ibu yang mengalami infeksi saluran kencing. Pengaruh terhadap janin tergantung pada dosis obat yang diberikan dan lama persalinan.
26.  Pemberian obat intra cutan (dibawah kulit untuk tes alergi obat antibiotik) tempat injeksi legan bagian dalam, dada bagian atas, punggung dibawah skapula, 15 derajat. Subcutaneus ( jaringan subkutan dibawah kulit) tempat injeksi legan atas bagian luar, paha anterior, daerah abdomen, skapula pada punggung atas dan daerah ventrogluteal  dan dorsogluteal bagian atas,45 derajat. Intramuscular (jaringan otot) tempat injeksi area ventrogluteal krista iliaka, area dorsogluteal trokanter mayor, area vartus lateralis kondilus femoral lateral, area deltoid(3 jari dibawah akromion), dan area ruktus femoralis,90 derajat. Intravena (melalui pembuluh darah), tempat injeksi lengan(V. Basilika dan V. Sefalika), tungkai (V. Safena), leher (V. Jugularis), kepala (V frontalis dan temporalis)15-30 derajat.   
27.  Area dorsogluteal harus hati2 dengan saraf  skiatrik dan pembuluh darah. Tidak boleh pada anak < 3tahun. Pasien harus tengkurap. Bokong dibagi menjadi 4 kuadran. Area ventrogluteal, posisi pasien miring,ada 2 cara yang digunakan 1. Jari tengah diletakkan pada SIAS dan direntangkan menjauh membentuk huruf V 2. Telapak tangan pada trokanter mayor dan telunjuk pada SIAS. Area Vastus lateral dengan cara membagi trokanter mayor sampai dengan  kondila femur lateral menjadi 3 bagian( daerah paha), rektus femuralis, paha dibagi 3 bagian tengah adalah daerah penyuntikan, dan area 3 jari dibawah akromion.
28.  Management nyeri adalah situasi yang tidak menyenangkan baik secara sensori dan emosional. Penyebab nya bisa secara fisik(trauma) dan psikis(diri sendiri). Untuk mengatasi nyeri  dengan distraksi ( pengalihan perhatian), relaksasi, hipnotis, obat analgesik, dan stimulasi listrik.
29.  Klasifikasi nyeri berdasar tempat ada 4 yaitu: pheriperal pain(pada permukaan tubuh), deep pain(permukaan tubuh yang lebih dalam), refered pain( penyakit organ) dan .berdasar  sifat: .berdasar skala ringan(1-3), sedang(4-7), berat(7-10). Berdasar lamanya: akut(kurang dari 6bulan) dan kronis(lebih dari 6bulan).
30.  Tehnik kompres adalah untuk mempertahan kan suhu tubuh dengan menggunakan cairan. Yang mempunyai tujuan untuk memperlancar sirkulasi darah. Air dingin untuk mengencerkan ASI sedangkan air hangat
31.  Macam pemberian kompres: kompres panas untuk demam tinggi, kompres panas basah untuk luka, kompres panas kering untuk memar, kompres dingin dengan larutan antiseptik untuk luka kotor, kompres dingin dengan airr biasa untuk hipertermi dan kompres dingin dengan es untuk post ops tonsilitis.
32.  Kehilangan adalah suatu hal yang dulu bisa dilihat, diraba, dirasa lalu tidak lagi yang dipengaruhi oleh prioritas  dan lingkungan (keluarga, teman, masyarakat dan budaya). Jenis kehilangan: 1.K. Objek eksternal (benda), 2.K. Lingkungan yang dikenal(merantau), 3. K.Orang terdekat, 4.K. Aspek diri (fisiologis=ampitasi, dan psikologis), 5. K. Hidup (mati)=empati dan simpati. 
33.  Doka (1993) mengatakan penyakit mengacam hidup ada 4 fase:1. Fase prediatrik(diketahui ada gejala/resiko penyakit),respon klien terhadap penyakit 2. Fase akut adalah klien diberi pilihan terhadap penyakit yang diderita 3. Fase kronis adalah konflik penyakit dan pngobatan nya 4. Fase terminal adalah penerimaan ttentang kematian nya.
34.  Dampak kehilangan pada anak2 dapat mengancam perkembangan, kadang timbul regresi dan takut ditinggal sendiri. Pada masa dewasa ddapat menimmbulkan disintegrasi dalam keluarga dan pada masa tua(kematian pasangan hidup)
35.  Berduka ada 2 yaitu berduka(emosional terhadap kehilangan) dan berkabung(penerimaan gtehadap kehilangan duka).
36.  Konsep teori berduka yaitu : 1. Teori engel(1964) yang a. fase pertama adalah menyangkal realitas dan menarik diri b. fase kedua adalah putus asa/pasrah c. fase ketiga adalh klien menyadari bahwa semua orang pasti mati. 2. Teori kubler dan ross(1969) yang gterdiri dari tahap menyangkal, tahap marah, tahap tawar menawar, tahap depresi dan tahap menerima. 3. Teori rando(1993) yang mengatakan 3 kategori yaitu penghindaran, marah, dan akomodasi.
37.  Sekarat (dying=kondisi pasien sedang menghadapi kematian) dan kematian(death=terhentinya fungsi paru2,jantung dan otak)
38.  Perubahan tubuh setelah kematian: Rigor mortis(kaku)yang terjadi 2-4 jam setelsh kematian, algor mortis(dingin) yang terjadi karena menurun nya suhu tubuh, ;post mortem decomposition(darah membeku)
39.  Tindakan yang dilakukan adalah mengijinkan dan mendorong klien untuk mengungkapkan rasa marah nya, membantu klien dalam mengungkapkan rasa bersalah, membantu klien mengatasi rasa bersalah, membantu klien mengurangi rasa bersalah, dan membantu klien menerima kehilangan.
40.  Persiapan pasien oprasi untuk menetapkan strategi yang sesuai dengan kebutuhan individu. 1. Preoperative(sebelum) saat pasien masuk sampai pasien diindahkan ke meja operasi. Persiapan psikologi meliputi kecemasan dan penyuluhan. Persiapan fisiologi meliputi diet, persiapan perut, persiapan kulit, hasil pemeriksaan, dan persetujuan oprasi. 2. Intraoperatif (saat pelaksanaan oprasi) 3. Pasca oprasi (sesudah oprasi) disebut juga pemulihan yang meliputibpernafasan, sirkulasi, pengontrolan suhu, fungsi nourologis, kondisi luka, fungsi GE, keseimbangan cairan dan elektrolit dan rasa nyaman.
41.  Infuse adalah memasukkan cairan berupa  obat atau makanan dalam jumlah banyak dan lama kedalam vena dengan menggunakan infuse  set secara bertetes yang diberikan pada pasien yang dehidrasi, syok, pra dan pasca bedah, dan sebelum transfuse darah.
42.    Dressing adalah suatu tindakan penanganan luka yang terdiri dari pembersihan luka, menutup dan membalut luka sehingga membantu proses penyembuhan luka tujuan nya mencegah luka dari truma, imobilisasi luka, mencegah perdarahan, kontaminasi kuman, absobsi drainase, dan meningkattkan kenyamanan. Tanda2 infeksi luka adalah kalor(panas), dolor(nyeri), rubor(kemerahan), tumor(bengkak), dan fungsiolaise(gangguan fungsi gerak). Aj setengah adalah jahitan yang pertama dan yang terakhir tidak  dilepas melainkan jahitan yang no2 dan no4 yang  dilepas, 1, 3, dan 5 ditinggal. Sedangkan Aj seluruhnya adalah jahitan diangkat seluruhnya.

Post Kuret Akibat Blighted Ovum



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Menurut data resmi WHO (1994) abortus terjadi pada 10% dari seluruh kejadian abortus erat kaitannya dengan kuretase, namun tidak semua kejadian abortus atau keguguran harus dilakukan kuretase. Di Inggris, setiap tahunnya ada 185.000 kasus induced abortion (aborsi akibat diinduksi/ sengaja digugurkan) setiap tahun dan 11.500 kasus di Skotlandia. Di Indonesia sendiri diperkirakan ada lima juta kehamilan pertahun, dimana 10-15% diantaranya atau sekitar 500.000-750.000 mengalami abortus setiap tahun. Dan frekuensinya terus meningkat setiap tahun.  Studi-studi terkini melaporkan 97% wanita merasakan nyeri mulai dari intensitas yang ringan sampai dengan berat selama dan setelah abortus berlangsung. (Niken Yunita Sari, 2009).
Angka kematian ibu di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara yaitu sebesar 195 per 100.000 kelahiran hidup. Diharapkan pada tahun 2019 kematian ibu bisa lebih berkurang menjadi 60-80 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu terbanyak disebabkan oleh perdarahan, eklamsia, sepsis, dan komplikasi dari keguguran. Menurut kejadian kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh perdarahan sebesar 40-60%, infeksi 20-30%, dan keracunan 20-30% sisanya sekitar 5% disebabkan penyakit lain. Dan juga kematian ibu disebabkan oleh keterlambatan rujukan dan transportasi yang sulit. (Niken Yunita Sari, 2009).
Menurut Dr. Andon Hestiantoro, Sp.OG (K) tahun 2007 dari klinik Yasmin Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta Pusat, Blighted ovum adalah suatu kehamilan tanpa dijumpai adanya pertumbuhan embrio, dan kejadian kuretase dengan indikasi blighted ovum sangat jarang ditemukan mungkin hanya berkisar antara 2-3% saja. (Dr.Andon Hestiantoro, 2007).
Janin yang tidak berkembang atau biasa disebut pertumbuhan janin terhambat (PJT) adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu kondisi di mana berat janin tidak sesuai dengan masa kehamilan. Kondisi ini dapat diketahui apabila berat janin berada di bawah kisaran normal berat janin yang ditentukan. Selain itu, tanda yang paling mudah ditemukan adalah tidak seimbangnya besar rahim dengan usia kehamilan. (Dr.Andon Hestiantoro, 2007).
Menurut Dr. Bambang Fajar, Sp.OG, tahun 2009 dari RS Internasional Bintaro Tangeranang Banten Kuret atau kuretase adalah sebuah tindakan medis untuk mengeluarkan jaringan atau sisa jaringan dari dalam rahim. Jaringan bisa berupa janin yang mengalami abortus, endometriosis, janin yang tidak berkembang, dan sisa plasenta yang tertinggal seusai persalinan. (Dr.Bambang Fajar, 2009)
Dari Data sekunder Rumah sakit Umum Daerah Banjarbaru satu tahun terakhir pasien yang melakukan kuretase dengan berbagai indikasi seperti keguguran (abortus) baik itu inkomplit ataupun abortus komplit terdapat 493 dan hanya terdapat 2 orang yang diindikasikan kuretase dengan blighted ovum atau janin yang tidak berkembang, dan pada tahun 2012 dari awal januari hingga bulan juli didapatkan bahwa kehamilan dengan janin yang tidak berkembang yaitu hanya 1 orang dan dilakukan kuretase. (RSUD Banjarbaru tahun 2011 dan 2012 bulan Januari-Juli)
Berdasarkan pendapat para ahli tentang Blighted ovum atau janin yang tidak berkembang dan pendapat para ahli tentang kuretase serta didukung oleh data sekunder Rumah Sakit Umum daerah Banjarbaru yang menyatakan bahwa hanya ada satu pasien dengan Blighted ovum dan melakukan kuretase maka saya tertarik untuk mengambil kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan pada ibu post kuretase fisiologis dengan Blighted Ovum”, untuk lebih menambah wawasan serta pengetahuan saya khususnya tentang perawatan setelah kuretase dengan blighted ovum.
B.     Tujuan
1.    Tujuan umum :
Untuk mengetahui tentang asuhan kebidanan pada ibu post kuretase dengan blighted ovum di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru.
2.    Tujuan khusus :
a.    Mengidentifikasi ibu setelah dilakukan kuretase.
b.    Mengetahui tetang factor penyebab Blighted Ovum.
c.    Mengetahui prosedur kuretase.
d.   Mengetahui perawatan pasca kuretase.
e.    Mengetahui dampak dari kuretase.
f.     Mengetahui pengobatan yang diberikan pada ibu setelah kuretase dengan blighted ovum.
C.     Manfaat
1.    Bagi Mahasiswa
Menambah pengetahuan dan wawasan tentang gangguan perawatan setelah kuretase dengan blighted ovum.
2.   Bagi pasien
Menambah pengetahuan dan wawasan pasien tentang pentingnya untuk memeriksakan kehamilan agar tidak terjadi blighted ovum.
3.   Bagi Institusi
a.    Pendidikan
Menambah referensi atau sebagai bahan kepustakaan.
b.    Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dan menjaga program jaminan mutu pelayanan. 

BAB II
TINJAUAN TEORI
Konsep  Blighted Ovum
1.      Pengertian
Menurut Dr. Andon Hestiantoro, Sp.OG (K) dari klinik Yasmin Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta Pusat, Blighted ovum adalah suatu kehamilan tanpa dijumpai adanya pertumbuhan embrio. (Dr.Andon Hestiantoro, 2007)

2.      Etiologi
Pada kehamilan kosong, plasenta dan kantung kehamilan tetap berkembang secara normal, yang menjadi masalah hanyalah perkembangan janinnya, kehamilan kosong terjadi karena sel telur yang dibuahi tidak berhasil berkembang secara sempurna. Meski kantung kehamilan terus membesar, namun perkembangan janinnya sama sekali tidak terjadi. Kehamilan kosong atau tidak berkembang dapat diketahui saat melakukan USG (Ultrasonografi). (Dr.Andon Hestiantoro, 2007).
Gambar janin yang tidak berkembang :
 
Penjelasan gambar :
Gambar kiri dilihat dengan ultrasonografi, hanya terlihat kantung kehamilan atau rahim yang membesar namun tidak terlihat ada perkembangan janin didalamnya.
Gambar kanan merupakan hasil setelah kuretase dan diawetkan dapat dilihat bahwa janin benar-benar tidak berkembang hanya placenta atau ari-ari yang berkembang.

Pertumbuhan janin terhambat (PJT) dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu:
a.       Penyebab ibu
1)      Fisik ibu yang kecil dan kenaikan berat badan yang tidak adekuat : Faktor keturunan dari ibu dapat mempengaruhi berat badan janin. Kenaikan berat  tidak adekuat selama kehamilan dapat menyebabkan PJT. Kenaikan berat badan ibu selama kehamilan sebaiknya 9-16 kg. apabila wanita dengan berat badan kurang harus ditingkatkan sampai berat badan ideal ditambah dengan 10-12 kg
2)      Penyakit ibu kronik : Kondisi ibu yang memiliki hipertensi kronik, penyakit jantung sianotik, diabetes, serta penyakit vaskular kolagen dapat menyebabkan PJT. Semua penyakit ini dapat menyebabkan pre-eklampsia yang dapat membawa ke PJT
3)      Kebiasaan seperti merokok, minum alkohol, dan narkotik
b.      Penyebab janin
1)      Infeksi selama kehamilan : Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat menyebabkan PJT. Rubela dan cytomegalovirus (CMV) adalah infeksi yang sering menyebabkan PJT
2)      Kelainan bawaan dan kelainan kromosom : Kelaianan kromosom seperti trisomi atau triploidi dan kelainan jantung bawaan yang berat sering berkaitan dengan PJT. Trisomi 18 berkaitan dengan PJT simetris serta polihidramnion (cairan ketuban berlebih). Trisomi 13 dan sindroma Turner juga berkaitan dengan PJT
3)      Paparan teratogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan janin) : Berbagai macam zat yang bersifat teratogen seperti obat anti kejang, rokok, narkotik, dan alkohol dapat menyebabkan PJT

c.       Penyebab plasenta (ari-ari)
1)      Kelainan plasenta sehingga menyebabkan plasenta tidak dapat menyediakan nutrisi yang baik bagi janin seperti, abruptio plasenta, infark plasenta (kematian sel pada plasenta), korioangioma, dan plasenta previa
2)      Kehamilan kembar : janin yang satu berkembang dan janin yang lainnya tidak, atau bahkan keduanya tidak berkembang akibat asupan nutrisi yang kurang baik.

3.      Patofisiologi
Komplikasi juga kerap dialami oleh pasien dengan kehamilan kosong, yaitu pendarahan akibat kehamilannya tidak normal, perdarahan dapat berhenti jika hasil konsepsi dikeluarkan dari rahim, Agar pendarahan tidak terjadi terus menerus, ada dua cara yang umumnya dilakukan untuk mengeluarkan kehamilan kosong. Yaitu dengan menggunakan obat atau melakukan kuretase. (Dr.Andon Hestiantoro, 2007).
Konsep Kuretase
1.      Pengertian
Menurut Dr. Bambang Fajar, Sp.OG.,dari RS Internasional Bintaro Tangeranang Banten Kuret atau kuretase adalah sebuah tindakan medis untuk mengeluarkan jaringan atau sisa jaringan dari dalam rahim. Jaringan bisa berupa janin yang mengalami abortus, endometriosis, janin yang tidak berkembang, dan sisa plasenta yang tertinggal seusai persalinan. (Dr.Bambang Fajar, 2009)

Prosedur kuretase adalah serangkaian pelepasan jaringan yang melekat pada dinding kavum uteri dengan melakukan invasi dan memanipulasi instrumen (sendok kuret) kedalam kavum uteri. Sendok kuret akan melepaskan jaringan tersebut dengan teknik pengerokan secara sistematik (Sarwono Prawirohardjo, 2006)
2.      Etiologi
Untuk membersihkan bagian rahim dan merupakan tindakan medis. Biasanya ada dua alasan mengapa dokter melakukan kuretase yaitu pertama terjadi keguguran, tindakan ini biasanya pada waktu keguguran atau setelah keguguran selesai dan yang kedua bagian dari pemeriksaan, yakni jika ada pendarahan di rahim seperti perdarahan yang tidak teratur, perdarahan ketika berhubungan intim, perdarahan setelah masa menopause dan perdarahan banyak yang membahayakan nyawa ibu, hasil pemesriksaan menunjukan bahwa janin tidak berkembang dan tidak dapat diatasi lagi dengan pemenuhan nutrisi atau pengobatan sehingga harus diambil tindakan kuretase. (Dr.Bambang Fajar, 2009)
3.      Patofisiologi
Terkadang kuret tidak berjalan lancar. Meskipun telah dilakukan oleh dokter kandungan yang sudah dibekali ilmu kuret namun kekeliruan bisa saja terjadi. Bisa saja pada saat melakukannya dokter kurang teliti, terburu-buru, atau jaringan sudah kaku atau membatu seperti pada kasus abortus yang tidak ditangani dengan cepat. Berikut adalah dampaknya :
a.       Perdarahan Bila saat kuret jaringan tidak diambil dengan bersih, dikhawatirkan terjadi perdarahan. Untuk itu jaringan harus diambil dengan bersih dan tidak boleh tersisa sedikit pun. Bila ada sisa kemudian terjadi perdarahan, maka kuret kedua harus segera dilakukan. Biasanya hal ini terjadi pada kasus jaringan yang sudah membatu. Banyak dokter kesulitan melakukan pembersihan dalam sekali tindakan sehingga ada jaringan yang tersisa. Namun biasanya bila dokter tidak yakin sudah bersih, dia akan memberi tahu kepada si ibu, Jika terjadi perdarahan maka segera datang lagi ke dokter.
b.      Cerukan di Dinding Rahim : Pengerokan jaringan pun harus tepat sasaran, jangan sampai meninggalkan cerukan di dinding rahim. Jika menyisakan cerukan, dikhawatirkan akan mengganggu kesehatan rahim.
c.       Gangguan Haid, Jika pengerokan yang dilakukan sampai menyentuh selaput otot rahim, dikhawatirkan akan mengganggu kelancaran siklus haid.
d.      Infeksi, Jika jaringan tersisa di dalam rahim, muncul luka, cerukan, dikhawatirkan bisa memicu terjadinya infeksi. Sebab, kuman senang sekali dengan daerah-daerah yang basah oleh cairan seperti darah.
e.       Kanker, kemungkinan kecil terjadi kanker, hanya sekitar 1%. Namun bila kuret tidak dilakukan dengan baik, ada sisa yang tertinggal kemudian tidak mendapatkan penanganan yang tepat, bisa saja memicu munculnya kanker. Disebut kanker trofoblast atau kanker yang disebabkan oleh sisa plasenta yang ada di dinding rahim.
4.      Perawatan Pascakuretase
a.       Perawatan usai kuretase pada umumnya sama dengan operasi-operasi lain. Misal, ibu harus menjaga bekas operasinya dengan baik, tidak melakukan aktivitas yang terlalu berat, tidak melakukan hubungan intim untuk jangka waktu tertentu sampai keluhannya benar-benar hilang, dan meminum obat secara teratur. Obat yang diberikan biasanya adalah antibiotik dan penghilang rasa sakit.
b.      Jika ternyata muncul keluhan, sakit yang terus berkepanjangan atau muncul perdarahan, segeralah memeriksakan diri ke dokter. Mungkin perlu dilakukan tindakan kuret yang kedua karena bisa saja ada sisa jaringan yang tertinggal. Jika keluhan tak muncul, biasanya kuret berjalan dengan baik dan pasien tinggal menunggu kesembuhannya.

BAB III
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU POST KURETASE 1 HARI
DI RUANG MERPATI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANJARBARU
Tanggal pengakjian     : Selasa 17 Juli 2012
Jam                              : 21.00 WITA
Tempat pengkajian      : Ruang Merpati (Nifas) RSUD Banjarbaru
A.    SUBJEKTIF DATA
1.      Identitas
Istri
Nama                  : Ny. M
Umur                  : 36 tahun
Agama                : Islam
Suku/Bangsa      : Banjar / Indonesia
Pendidikan         : SMA
Pekerjaan            : Ibu Rumah Tangga
Alamat               : Jl. Nusantara No.17 RT.07/05, Loktabat Selatan.

Penanggung Jawab
Nama                  : Tn. D
Umur                  : 33 tahun
Agama                : Islam
Suku/Bangsa      : Banjar / Indonesia
Pendidikan         : SMA
Pekerjaan            : Swasta
Alamat               : Jl. Nusantara No.17 RT.07/05, Loktabat Selatan.

2.      Keluhan Utama  : ibu mengatakan 1 hari yang lalu dilakukan kuretase akibat keguguran dan sekarang ibu mengatakan nyeri yang dirasakan telah sedikit berkurang, darah yang keluarpun hanya sedikit.

3.      Riwayat perkawinan : kawin 1 kali, pertama kali kawin umur 24 tahun dengan suami sekarang sudah 12 tahun.

4.      Riwayat haid
a.       Menarche umur        : 13 tahun
b.      Siklus                       : 29 hari
c.       Teratur / tidak          : teratur
d.      Lamanya                  : ± 7 hari
e.       Banyaknya               : ± 2-3 kali ganti pembalut/hari
f.       Dysmenorrhea          : tidak pernah

5.      Riwayat Obstetri : P1 A1
No
Thn
Kehamilan
Persalinan
Bayi
Penyulit nifas
UK
Penyulit
UK
Cara
Tempat/ penolong
Penyulit
BB
PB
JK
Keadaan lahir
Nifas
1

2
2004

2012
Aterm

12 mg
T.A.P

abortus
Aterm

12 mg
Spontan

kuretase
Bidan

dr.Sp.OG
T.A.P

--
3100

--
49

--
L

--
Normal

--
T.A.P

T.A.P

6.      Riwayat Ginekologi
Tanggal Masuk Rumah Sakit     : 17 Juli 2012
Keluhan Masuk Rumah Sakit    : Ibu mangatakan telah melakukan USG (ultrasonografi) tadi pagi dan ditemukan bahwa janinnya tidak mengalami perkembangan sehingga memutuskan untuk melakukan kuret.
Tindakan yang dilakukan           : Kuretase oleh dr.Budi, Sp.OG
Jam dilakukan tindakan             : 13.25 WITA

7.      Riwayat keluarga berencana
a.       Jenis             : suntik 3 bulan
b.      Lama            : 3 tahun
c.       Masalah        : tidak ada

8.      Riwayat kesehatan
a.       Klien                        : ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit keturunan seperti hipertensi, ashma, diabetes militus/kencing manis, jantung dan penyakit menular seperti TBC, HIV/AIDS.
b.      Keluarga       : ibu mengatakan bahwa keluarga tidak pernah menderita penyakit keturunan seperti hipertensi, ashma, diabetes militus/kencing manis, jantung dan penyakit menular seperti TBC, HIV/AIDS.

9.      Pola kebutuhan sehari-hari
a.       Nutrisi
1)   Jenis yang dikonsumsi     : Nasi, Ikan, Sayur, Air putih.
2)   Frekuensi                         : 3 kali sehari
3)   Porsi makan                     : 1 piring
4)   Pantangan                        : tidak ada.

b.      Eliminasi
1)   BAB        : frekuensi       : 1 kali sehari
  Konsistensi    : lembek
 Warna             : kuning kecoklatan
2)   BAK        : frekuensi       : 3-4 kali sehari
  Warna            : kuning jernih
  Bau                : khas urine.
c.       Personal hygine
Frekuensi mandi                   : 1 kali sehari
Frekuensi gosok gigi            : 1 kali sehari
Frekuensi ganti pakaian       : 1 kali sehari/ sesuai kebutuhan.
d.      Aktifitas       : ibu mengatakan hanya bisa melakukan aktifitas ringan seperti pergi kekamar mandi.
e.       Tidur dan istirahat
Siang hari     : ± 1 jam
Malam hari   : ± 6 jam
Masalah        : tidak ada.
f.       Pola seksual  : belum dilakukan
Masalah.       : tidak ada.

10.  Data psikososial dan spiritual
Tanggapan ibu terhadap keadaan dirinya                      : sedih
Ibadah yang diinginkan ibu saat ini                               : berdo’a
Pengetahuan ibu tentang penyakit yang diderita           : dari petugas kesehatan
Hubungan social ibu dengan keluarga                           : baik
Penentu pengambil keputusan dalam keluarga              : Suami.


B.     OBJEKTIF DATA
1.      Pemeriksaan umum
a.       Keadaan umum        : Baik
b.      Kesadaran                : Compos mentis
c.       Berat badan              : 55 kg
d.      Tinggi Badan           : 159 cm
e.       Tanda vital               : TD 120/80mmhg, nadi 80x/m, R 22x/m, suhu 36,5oC
2.      Pemeriksaan khusus
a.       Inspeksi
Kepala          : tidak ada benjolan, rambut tidak rontok dan tidak berketombe
Muka            : terlihat pucat namun tidak paralisys
Mata             : simetris, konjungtiva terlihat pucat, sclera putih, tidak
  strabismus.
Telinga         : simetris, tidak ada pengeluaran serumen
Hidung         : tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada polip
Mulut           : tidak pucat, tidak pecah-pecah, tidak sariawan/stomatitis.
Leher            : tidak teraba pembesaran vena jugularis, dan kelenjar tiroid
Dada                        : Saat inspirasi dan ekspirasi tidak terlihat adanya retraksi.
Mamae         : simetris, tidak terlihat peregangan pada payudara
Perut             : tidak terlihat adanya luka bekas operasi.
Tangan         : terpasang infuse RL 20 tetes per menit.
Tungkai        : tidak terlihat adanya odema dan varises
Genetalia      : dibagian vulva tidak terlihat condiloma akuminata dan tidak
  nampak odema, tidak ada perdarahan karena darah yang
  keluar hanya sedikit.
b.      Palpasi.
Leher            : tidak teraba pembesaran vena jugularis dan kelenjar tirid
Mamae         : tidak teraba benjolan abnormal.
Perut             : TFU tidak teraba.
Tungkai        : tidak teraba odema dan varises, serta tidak ada tanda
  homan’s. 
3.      Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah
Hemoglobin ( HB)         : 11,7 gr%
Leukosit                         : 6.100/mm3
Trombosit                       : 199000/mm3
Hematosit                       : 31%

C.     ASSASMENT
Diagnosa               : post kuretase hari pertama fisiologis
Masalah                 : tidak ada
Kebutuhan                        : KIE, kolaborasi Dokter.

D.    PLANNING
1.      Memberitahukan hasil pemeriksaan umum kepada ibu yaitu tekanan darah 120/80 mmhg, nadi 80 kali/ menit, respirasi 22 kali/ menit, suhu 36,5oC. dan hasil dari pemeriksaan penunjang yaitu hemoglobin 11,7 gr% yang menandakan bahwa ibu tidak mengalami anemia karena keluar darah akibat kuretase.
“ibu mengetahui hasil pemeriksaan”
2.      Memberikan dukungan psikologis kepada ibu bahwa kuretase yang dilakukan 1 hari yang lalu untuk menyelamatkan nyawa ibu dikarenakan janin dalam kandungan ibu sudah tidak dapat dipertahankan lagi, dan harus diambil tindakan secepat mungkin, memberikan pengertian kepada ibu agar tidak terlalu larut dalam kesedihan akibat kehilangan janinnya, semoga hal itu menjadi yang terbaik untuk ibu, memberikan dukungan berupa ibu harus tetap semangat dalam menjalani kehidupan selanjutnya.
“dukungan psikologis telah diberikan”
3.      Menganjurkan ibu untuk menjaga daerah bekas dilakukan kuretase, tidak melakukan aktivitas yang terlalu berat, tidak melakukan hubungan intim untuk jangka waktu tertentu sampai keluhannya benar-benar hilang, dan meminum obat secara teratur. Obat yang diberikan biasanya adalah antibiotik dan penghilang rasa sakit, Jika ternyata muncul keluhan, sakit yang terus berkepanjangan atau muncul perdarahan, segeralah memeriksakan diri ke dokter. Mungkin perlu dilakukan tindakan kuret yang kedua karena bisa saja ada sisa jaringan yang tertinggal. Jika keluhan tak muncul, biasanya kuret berjalan dengan baik dan jarang terjadi perdarahan, ibu tinggal menunggu kesembuhannya.
“ibu bersedia menjaga bekas kuretnya”
4.      Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri dengan cara mandi 2 kali sehari dan membersihkan daerah genetalia setiap kali mandi, jika buang air besar harus dicuci dari depan kebelakang agar kuman yang berada di anus tidak menyebar ke daerah vagina, sehingga tidak memperbanyak flora normal vagina yang akan menambah lebih banyak keputihan.serta mencuci tangan setiap kali selesai buang air besar atau buang air kecil agar terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh kuman ecoli. Jika kebersihan diri dilakukan dengan benar maka akan mengurangi keputihan yang sedang dirasakan ibu, serta akan mengurangi pula radang yang dialami ibu.
“ibu mengerti tentang perawatan diri”
5.      Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang untuk tetap menjaga daya tahan tubuh ibu.
“ibu bersedia mengkonsumsi makanan bergizi seimbang”
6.      Melanjutkan terapi dokter berupa injeksi efotax (cefotaxim) 2x1, injeksi antrain 2x1 ampul,  injeksi tricer (Ranitidine) 2x1 ampul.
“ibu telah mendapatkan terapi.”
7.      Menjelaskan pada ibu bahwa ibu dapat hamil kembali setelah menjalani kuret, asalkan kondisi organ reproduksinya baik, ditambah dengan masa subur yang tidak bermasalah. namun, seusai kuret ibu dianjurkan untuk mengistirahatkan rahimnya dahulu sampai benar-benar sehat dan siap hamil, terutama bila kuret dilakukan pada saat kondisi kehamilan tua karena kondisi uterus sudah membesar sehingga perlu istirahat hingga luka bekas kuret sembuh total, Pemulihan setelah tindakan kuretase ini tidak membutuhkan waktu lama, kira-kira 24 jam. Bahkan, 2-3 jam setelah tindakan kuretase, pasien diperkenankan pulang. Namun, pada masa pemulihan ini sebaiknya pasien ditemani, karena umumnya masih pusing atau mual akibat pembiusan. Setelah pulang, ibu yang baru saja mengalami tindakan kuretase sebaiknya istirahat sehari. Bagi ibu yang bekerja, dua hari setelah kuretase biasanya sudah dapat masuk kerja kembali. Namun, ibu yang bersangkutan sebaiknya tidak melakukan kegiatan yang berat dulu. Ibu dapat hamil saat mengalami haid kembali setelah kuretase dan tidak terjadi perdarahan banyak setelah kuretae.
“ibu merasa lega setelah mendapatkan penjelasan bahwa dirinya dapat hamil kembali.

Catatan Perkembangan :
Hari, Tanggal pengkajian.
CATATAN PERKEMBANGAN
Rabu, 18 juli 2012
Jam : 07.00 WITA











Jam 12.00 WITA
S : ibu mengatakan tidak lagi mengalami nyeri dan tidak ad lagi keluar darah.
O :
Tekanan darah = 100/60 MmHg
Nadi = 64 x/menit
Respirasi = 20 x/menit
Suhu = 360C
A : post kuretase 1 hari Fisiologis
P :
Terpasang infuse RL 20 tetes per menit
Injeksi efotax (cefotaxim) 2x1
Injeksi antrain 2x1 ampul
Injeksi triker (ranitidine) 3x1 ampul.


Pasien pulang dengan keadaan baik.


BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kehamilan kosong, plasenta dan kantung kehamilan tetap berkembang secara normal, yang menjadi masalah hanyalah perkembangan janinnya, kehamilan kosong terjadi karena sel telur yang dibuahi tidak berhasil berkembang secara sempurna. Meski kantung kehamilan terus membesar, namun perkembangan janinnya sama sekali tidak terjadi. Kehamilan kosong atau tidak berkembang dapat diketahui saat melakukan USG (Ultrasonografi). Berdasarkan hasil pemeriksaan ultrasonografi ibu memiliki janin yang tidak berkembang namun rahim atau uterus ibu terus membesar yang berarti ibu mengalami blighted ovum dan harus dilakukan kuret agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan kepada ibu seperti perdarahan.
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu penyebab ibu seperti fisik ibu yang kecil dan kenaikan berat badan yang tidak adekuat, faktor keturunan dari ibu dapat mempengaruhi berat badan janin. Kenaikan berat  tidak adekuat selama kehamilan dapat menyebabkan PJT. Karena penyakit ibu kronik seperti hipertensi kronik, penyakit jantung sianotik, diabetes, serta penyakit vaskular kolagen dapat menyebabkan PJT. Semua penyakit ini dapat menyebabkan pre-eklampsia yang dapat membawa ke PJT, Kebiasaan seperti merokok, minum alkohol, dan narkotik. Dari hasil anamnesa, ibu mengatakan bahwa dia tidak memiliki penyakit keturunan ataupun menular, berdasarkan data subjektif juga ibu tidak memiliki tubuh yang kecil dan berat badan yang ringan namun berat badan ibu tidak bertambah banyak selama kehamilan dikarenakan ibu kurang mengkonsumsi serat, ini merupakan salah satu faktor penyebab dari ibu yang menyebabkan janin tidak berkembang secara optimal.
Berdasarkan penyebab janin seperti infeksi selama kehamilan, Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat menyebabkan PJT. Rubela dan cytomegalovirus (CMV) adalah infeksi yang sering menyebabkan PJT, Kelainan bawaan dan kelainan kromosom seperti trisomi atau triploidi dan kelainan jantung bawaan yang berat sering berkaitan dengan PJT. Trisomi 18 berkaitan dengan PJT simetris serta polihidramnion (cairan ketuban berlebih). Trisomi 13 dan sindroma Turner juga berkaitan dengan PJT, atau bahkan akibat paparan teratogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan janin), berbagai macam zat yang bersifat teratogen seperti obat anti kejang, rokok, narkotik, dan alkohol dapat menyebabkan PJT, dari data yang didapatkan bahwa ibu tidak pernah mengkonsumsi jenis obat-obatan yang mengandung teratogen. Dilihat dari hasil pemeriksaan ultrasonografi janin tidak berkembang dikarenakan adanya kelainan dari kromosom janin sehingga tidak terbentuk secara sempurna dan perkembangannya menjadi  terhambat.
Penyebab dari plasenta (ari-ari) yang menyebabkan plasenta tidak dapat menyediakan nutrisi yang baik bagi janin seperti, abruptio plasenta, infark plasenta (kematian sel pada plasenta), korioangioma, dan plasenta previa, serta kehamilan kembar dapat menyebebkan janin yang satu berkembang dan janin yang lainnya tidak, atau bahkan keduanya tidak berkembang akibat asupan nutrisi yang kurang baik, dilihat dari hasil kuret yang telah dilakukan ditemukan bahwa ada kematian sebagian jaringan dari plasenta yang merupakan penyebab janin tidak bisa berkembang dengan optimal.
Berdasarkan faktor ibu, janin, dan plasenta serta dari data yang ditemukan dari pasien ditemukan bahwa yang menyebebkan janin tidak berkembang (blighted ovum) disebabkan oleh faktor ibu yaitu pertambahan berat badan ibu yang tidak sesuai  dengan usia kehamilan 12 minggu yang seharusnya bertambah minimal 3-4 kilogram, namun pertambahan berat badan ibu hanya kurang lebih 1 kilogram. Disebabkan oleh faktor janin berdasarkan hasil dari pemeriksaan ultrasonografi janin tidak berkembang kemungkinan besar disebabkan oleh kelainan kromosom sehingga janin tidak terbentuk secara sempurna dan perkembangannya menjadi terhambat. Berdasarkan faktor plasenta (ari-ari) setelah dilakukan pengeluaran dengan kuret ditemukan bahwa ada kamtian sebagian dari jaringan plsenta yang menyebabkan janin tidak berkembang, dari tiga faktor yang telah disebutkan yaitu faktor ibu, janin dan plasenta semua menjadi faktor mengapa janin dari ny. M tidak berkembang secra sempurna dan harus dilakukan tindakan kuretase.
Kuret dilakukan untuk membersihkan bagian rahim dan merupakan tindakan medis. Biasanya ada dua alasan mengapa dokter melakukan kuretase yaitu pertama terjadi keguguran, tindakan ini biasanya pada waktu keguguran atau setelah keguguran selesai dan yang kedua bagian dari pemeriksaan, yakni jika ada pendarahan di rahim seperti perdarahan yang tidak teratur, perdarahan ketika berhubungan intim, perdarahan setelah masa menopause dan perdarahan banyak yang membahayakan nyawa ibu, hasil pemesriksaan menunjukan bahwa janin tidak berkembang dan tidak dapat diatasi lagi dengan pemenuhan nutrisi atau pengobatan sehingga harus diambil tindakan kuretase. Pada kasus ini ditemukan bahwa ibu memiliki janin yang tidak berkembang sehingga perlu untuk dilakukan tindakan kuretase untuk menghindari keadaan yang tidak diinginkan kepada ibu seperti perdarahan.
Keadaan ibu setelah kuret satu hari tidak mengalami perdarahan karena darah yang keluar pervaginam hanya sedikit-sedikit dan tidak mengalami tanda-tanda bahaya setelah kuret seperti perdarahan karena jaringan tidak habis dibersihkan, cerukan di dinding rahim, gangguan haid, bahkan infeksi. Berdasarkan catatan perkembangan dapat dilihat bahwa keadaan umum ibu baik dan dari tidak lagi mengalami keluhan sehingga dapat dikatakan bahwa ibu post kuretase dengan blighted ovum tidak terdapat sisa konsepsi didalam rahimnya, tidak terjadinya perdarahan setelah dilakukan kuretase disebabkan karena penanganan yang cepat serta pengambilan keputusan yang tepat dari pihak dokter perawat dan juga dari pihak keluarga. Pada kasus yang dialami ibu post kuretase dengan blighted ovum tidak membahayakan jika dilakukan oleh tenaga profesional dan akan menjadi post kuretase normal sama seperti kuretase yang lainnya. 

BAB V
PENUTUP
1.      KESIMPULAN
Blighted ovum adalah suatu kehamilan tanpa dijumpai adanya pertumbuhan embrio dan kuretase adalah alternatif cara untuk membersihkan rahimyang merupakan sebuah tindakan medis untuk mengeluarkan jaringan atau sisa jaringan dari dalam rahim. Jaringan bisa berupa janin yang mengalami abortus, endometriosis, janin yang tidak berkembang, dan sisa plasenta yang tertinggal seusai persalinan.
Pasien yang ditemukan di Rumah sakit Umum Daerah Banjarbaru setelah dilakukan pemeriksaan dengan ultrasonografi juga mengalami blighted ovum dan dilakukan penatalaksanaan berupa kuretase.
Dari teori yang didapatkan dan pasien yang ditemukan memiliki beberapa persamaan setelah kuretase yaitu tidak mengalami perdarahan lagi dan tidak mengalami tanda-tanda bahaya setelah kuret seperti perdarahan karena jaringan tidak habis dibersihkan, cerukan di dinding rahim, gangguan haid, bahkan infeksi sehingga dapat dikatakan bahwa ibu mengalami masa post kuretase yang normal.

2.      SARAN
a.       Pasien
Saat mengetahui jika dirinya mengalami tanda-tanda hamil atau mengetahui bahwa dirinya hamil namun tidak mengalami perkembangan pada perutnya atau perut terasa kosong, tidak ada gerakan janin maka segera memeriksakan diri kepetugas kesehatan untuk mencegah terjadinya blighted ovum dan menghindari kehilangan bayi dengan dikuretase.

b.      Untuk pelayanan di Ruang Merpati (Ruang Nifas) Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru
Memberikan informasi kepada ibu setelah dilakukan kuretase ataupun setelah tindakan yang lainnya untuk menjaga mutu pelayanan dan meningkatkan kenyamanan bagi pasien.