GAMBARAN KEJADIAN
RESPIRATORY DISSTRES SYNDROME PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG PERINATOLOGI RS.
DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN
Rosita Mawar Indah Sari1
Sulasmi1, Mohdari2
1. Akademi
Kebidanan Sari Mulia, Banjarmasin, Kalimantan Selatan
2. Sekolah Tinggi Ilmu Nasional (STINAS), Banjarmasin, Kalimantan Selatan
E-mail : Indah_RositaMawar@yahoo.co.id
Abstrak
Masalah pada
penelitian ini berdasarkan data register di ruang perinatal RS Dr. H.
Moch Ansari Saleh Banjarmasin dari bulan Januari–Desember 2011 dari 1377
kelahiran, 14.7% diantaranya mengalami asfiksia dan 7.62% diantaranya mengalami
BBLR. Dari data asfiksia dan BBLR di ruang perinatal dapat berdampak pada
kejadian RDS. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui Gambaran Kejadian
Respiratory Disstres Syndrom pada bayi baru lahir di ruang perinatology RS. Dr.
H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2012.Metode penelitian yang digunakan
adalah deskriptif. Metode pengumpulan sampel penelitian adalah total populasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa
kejadian RDS terbanyak dialami oleh bayi baru lahir rendah yang mengalami
asfiksia berat sebanyak 25 kejadian dengan persentase 30,46%. Kesimpulan
dalam penelitian ini adalah bahwa semua klasifikasi dari faktor predisposisi
berat badan lahir dan asfiksia memiliki peluang untuk terjadi RDS. Saran dari hasil penelitian bagi tenaga
kesehatan dapat mengetahui dan mendeteksi secara dini hal yang berpotensi
menyebabkan RDS.
Kata Kunci : Respiratory Disstres Syndrom (RDS), Bayi baru lahir.
PENDAHULUAN
Angka
kematian bayi menurut Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin yaitu pada tahun 2010
kelahiran mati sebanyak 36 kasus, kematian bayi baru lahir umur 0-7 hari
sebanyak 48 kasus, kematian bayi baru lahir umur 8-28 hari sebanyak 5 kasus,
dan yang lebih dari 28 hari sebanyak 5 kasus, sedangkan pada tahun 2011 angka
kelahiran mati sebanyak 8 orang, kematian bayi baru lahir umur 0-7 hari
sebanyak 56 kasus, kematian bayi baru lahir umur 8-28 hari sebanyak 10 kasus
dan yang lebih dari usia 28 hari sebanyak 11 kasus. Berdasarkan data tersebut
yang berarti angka kematian bayi di daerah Banjarmasin, Kalimantan selatan ikut
menyumbang angka kematian bayi provinsi.
Penyebab
kematian bayi baru lahir sangat beragam yaitu berat badan bayi lahir sangat
rendah atau premature, bayi dengan kelainan seperti kelainan genetika akibat
kromosom, kelainan fungsi jantung, kelainan fungsi paru atau pneumothoraks / pneumomediastinum,
penyakit membran hialin (PMH), pneumonia, aspirasi cairan yang menyebabkan
Respiratory disstres syndrome. Dan RDS ini merupakan penyebab utama kematian
bayi prematur.
Berdasarkan
register di ruang perinatal RS Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin dari bulan
Januari – Desember 2011 dari 1377 kelahiran, 14.7% diantaranya mengalami
asfiksia dan 7.62% diantaranya mengalami BBLR.
Dari
data asfiksia dan BBLR di ruang perinatal dapat berdampak pada kejadian RDS. Dari hasil study
pendahuluan yang didapatkan dari buku register ruang perinatal BLUD RS Dr. H.
Moch Ansari Saleh Banjarmasin dari bulan januari-september 2012 diketahui bahwa
65 bayi baru lahir mengalami respiratory disstres syndrome berdasarkan faktor
predisposisinya seperti berat badan bayi lahir rendah dan asfiksia.
Berdasarkan
uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Gambaran Kejadian Respiratory Disstres Syndrom Pada Bayi Baru Lahir di ruang
perinatology RS. Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin”
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini
bertujuan untuk Mengetahui Gambaran Kejadian Respiratory Disstres Syndrom Pada
Bayi Baru Lahir di ruang perinatologi RS. Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin.
METODE PENELITIAN
Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu suatu metode
penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu
fenomena (termasuk bidang kesehatan) yang terjadi didalam suatu populasi
tertentu. Pada umumnya survey diskriptif digunakan untuk membuat penelitian
terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program dimasa sekarang,
kemudian hasilnya digunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan program
tersebut (Notoatmodjo, 2010).
Definisi
operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan
karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi
atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat,
2007).
Variabel yang
ditentukan penulis pada penelitian ini hanya menggunakan satu variabel yaitu
kejadian respiratory disstres syndrome, yang terjadi pada bayi baru lahir
khususnya pada bayi dengan faktor predisposisinya seperti asfiksia dan Berat
Bayi Lahir Rendah, karena kedua faktor predisposisi tersebut sangat berpengaruh
untuk menimbulkan terjadinya respiratory disstres syndrome.
Populasi
pada penelitian ini adalah seluruh bayi yang dilahirkan di RS. Dr. H. Moch
Ansari Saleh Banjarmasin yang mengalami Respiratori disstres syndrome Pada
bulan Januari hingga september tahun 2012 Populasi sebanyak 65 bayi.
Penelitian ini
menggunakan teknik Sampling jenuh,
sehingga
ditetapkan sampel keseluruhan sebanyak 65 bayi. Penelitian ini bersifat Retrospektif (menggambarkan kejadian atau
peristiwa masa lampau), sehingga dengan
mengetahui gambaran kejadian masa lalu tentang respiratory disstres syndrome
berdasarkan faktor predisposisinya seperti asfiksia dan berat bayi lahir
rendah, maka dapat ditanggulangi sedini mungkin agar tidak terjadi bayi lahir
dengan asfiksia dan berat bayi lahir rendah, Sehingga dapat menurunkan kejadian
angka kesakitan bayi baru lahir dengan respiratory disstres syndrome berdasarkan
faktor predisposisinya.
metode analisis
data yang digunakan adalah analisis deskriptif karena bertujuan untuk
mendeskripsikan fenomena atau kejadian berdasarkan data yang telah terkumpul,
data yang disajikan melalui tabel dan perhitungan persentase dengan rumus :
F
P
= X 100%
N
Keterangan :
P
= Persentase
F
= Frekuensi tiap kategori
N
= Jumlah sampel
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Tabel 1 : Distribusi
frekuensi kejadian Respiratory Disstres Syndrom berdasarkan faktor predisposisi Berat
badan lahir
No
|
Faktor Predisposisi
|
Klasifikasi
|
Berat Badan (gram)
|
F
|
%
|
1
|
Berat Badan Lahir
|
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
|
1500-2500 gram
|
42
|
64,62
|
Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR)
|
1000-1500 gram
|
12
|
18,46
|
||
Berat Badan Lahir Amat Sangat Rendah (BBLAR)
|
< 1000 gram
|
11
|
16,92
|
||
Jumlah
|
65
|
100
|
Tabel 2 : Distribusi
frekuensi kejadian Respiratory Disstres Syndrom berdasarkan faktor
predisposisi Asfiksia
No
|
Faktor Predisposisi
|
Klasifikasi
|
Score Apgar
|
F
|
%
|
1
|
Asfiksia
|
Asfiksia Berat
|
0-3
|
40
|
61,54
|
Asfiksia Sedang
|
4-6
|
17
|
26,15
|
||
Asfiksia Ringan
|
7
|
8
|
12.30
|
||
Jumlah
|
65
|
100
|
Tabel 3 : Cros
Tabulasi kejadian Respiratory Disstres Syndrom berdasarkan
faktor predisposisi berat badan lahir rendah dan asfiksia
Klasifikasi faktor predisposisi
|
Asfiksia Berat
|
%
|
Asfiksia Sedang
|
%
|
Asfiksia Ringan
|
%
|
Jumlah
|
%
|
BBLR
|
25
|
38,46
|
13
|
20
|
4
|
6,15
|
42
|
64,62
|
BBLSR
|
7
|
10,76
|
1
|
1,53
|
4
|
6,15
|
12
|
18,46
|
BBLAR
|
8
|
12,31
|
3
|
4,61
|
0
|
0
|
11
|
16,92
|
Jumlah
|
40
|
61,54
|
17
|
26,15
|
8
|
12,30
|
65
|
100
|
Hasil penelitian
menunjukan bahwa kejadian Respiratory Disstres Syndrom banyak dialami oleh bayi
baru lahir dengan berat badan lahir rendah dan asfiksia. Berat badan bayi lahir
terbanyak dialami pada bayi dengan klasifikasi berat badan lahir rendah (BBLR)
yaitu berat badan bayi antara 1500-2500 gram jumlah kejadian sebanyak 42 bayi
baru lahir dengan persentase 64,62%. Untuk bayi baru lahir normal didefinisikan
bayi lahir dengan presentasi belakang kepala melalui jalan lahir (pervaginam),
usia kehamilan genap 37-42 minggu dengan berat badan 2500-4000 gram. Sehingga
pada bayi prematur terjadi kurang maturnya organ-organ tubuh bayi, begitu juga
dengan paru-parunya yang memiliki sulfaktan yang kurang atau tidak adekuatnya
jumlah sulfaktan untuk membuat paru-paru mengembang, sehingga perlunya terapi
sulfaktan segera setelah lahir.
pada kasus
asfiksia berat bayi akan mengalami asidosis (perubahan ph tubuh) sehingga
memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dan segera. Pada penelitian
didapatkan kejadian tertinggi pada asfiksia terjadi pada bayi lahir dengan
asfiksia berat dengan jumlah kejadian sebanyak 40 kejadian dan jumlah
persentase 61,54%.
Klasifikasi bayi
dengan berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) hanya terjadi pada 12 bayi baru
lahir atau berada pada urutan kedua dengan persentase 18,46%, sedangkan klasfikasi berat badan
lahir amat sangat rendah (BBLAR) terjadi 11 kejadian dengan persentase 16,92%.
Pada klasifikasi asfiksia sedang terjadi 12 kejadian pada bayi baru lahir
dengan persentase 26,15%, dan klasifikasi asfiksia ringan 8 kasus dengan
persentase 12,31%.
klasifikasi bayi
baru lahir dengan berat badan lahir rendah yang mengalami asfiksia berat
sebanyak 25 kejadian respiratory disstres syndrom sehingga penanganan yang
sebaiknya dilakukan sesuai dengan teori yaitu mempertahankan jalan nafas dengan
cara ventilisasi dan oksigenasi yang adekuat, mempertahankan
keseimbangan suhu tubuh bayi baru lahir, mempertahankan cairan dan elektrolit. kejadian berat badan
lahir sangat rendah (BBLSR) yang mengalami asfiksia berat sebanyak 7 kejadian,
bayi baru lahir dengan berat badan lahir amat sangat rendah (BBLAR) yang
mengalami asfiksia berat sebanyak 8 kejadian, bayi baru lahir dengan berat
badan lahir rendah (BBLR) yang mengalami asfiksia sedang sebanyak 13 kejadian,
bayi baru lahir dengan berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) yang mengalami
asfiksia sedang sebanyak 1 kejadian, bayi baru lahir dengan berat badan lahir
amat sangat rendah (BBLAR) yang mengalami asfiksia sedang sebanyak 17 kejadian,
bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yang mengalami asfiksia
ringan sebanyak 4 kejadian, bayi baru lahir sangat rendah (BBLSR) yang
mengalami asfiksia ringan sebanyak 4 kejadian, dan tidak ada kejadian bayi baru
lahir dengan berat badan lahir amat sangat rendah (BBLAR) yang mengalami
asfiksia sedang.
Diketahui
dari hasil penelitian bahwa kedua faktor predisposisi berat badan lahir rendah
(BBLR) dan asfiksia berat menjadi penyebab terjadinya respiratory disstres
syndrome karena dengan ketidak maturan paru pada bayi baru lahir akibat bayi
prematur dan asfiksia menyebabkan kurangnya sulfaktan yang membantu kerja dari
paru-paru bayi. Sesuai dengan patofisiologi dari respiratory disstres syndrom
jika sulfaktan menurun maka akan terjadi distensibilitas atau ketidak sesuaian
aliran oksiden kedalam paru yang masuk menyebabkan oksigen didalam darah juga
menurun sehingga terjadi atelektasis (kolaps paru-paru atau paru-paru tidak
mengembang) kemungkinan yang terjadi adalah usaha bayi untuk bernafas semakin
meningkat menyebabkan turunnya ventilisasi sehingga karbondioksida meningkat
terjadi asidosis (perubahan ph), tekanan darah pada arteri menurun, aliran
darah pada paru-paru menurun, tekanan pada arteri pulmonal meningkat
menyebabkan sulfaktan semakin menurun, sehingga pelumas untuk bernafas semakit
berkurang, oleh sebab itu terjadi asfiksia, terutama asfiksia berat. Sesuai
dengan hasil penelitian bahwa klasifikasi kejadian berat badan lahir rendah
(BBLR) dan asfiksia berat lebih besar persentasenya, hal ini menunjukan bahwa
kejadian respiratory disstres syndrome yang terjadi pada bayi baru lahir di
RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin sesuai dengan faktor predisposisi
yang ada diteori.
Gambaran
penyebab Respiratory Disstres Syndrom disebabkan karena asfiksia dan berat
badan lahir berdasarkan cros tabulasi atau tabulasi silang didapatkan penyebab
tertinggi yaitu bayi dengan berat badan lahir rendah yang mengalami asiksia
berat yaitu sebanyak 25 kasus di RS. Dr.
H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2012.
Sehingga pada penelitian ini faktor
predisposisi yang berpengaruh terhadap kejadian respiratory disstres syndrome
adalah bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yang mengalami asfiksia
berat.
UCAPAN TERIMA
KASIH
Saya sangat berterima kasih kepada
ibu Sulasmi, SST selaku pembimbing I dan kepada bapak Drs. H. Mohdari, M.Si
selaku pembimbing II dan ucapan terima kasih kepada RS. Dr. H. Moch. Ansari
Saleh Banjarmasin yang telah memberikan izin serta tempat untuk melakukam
penelitian.
DAFTAR
PUSTAKA
Alimul, Hidayat Aziz. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik
Analisa Data.
Betz, Cecily L & Linda A.
Sowden. 2006. Penerbit buku kedokteran
EGC. Buku
Saku Keperawatan Pediatri.
Dewi, Vivian Nani Lia. (2010). Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita.
Jakarta : Salemba Medika.
Drew, David, dkk. (2009). Resusitasi Bayi Baru Lahir Seri Praktik
Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG
Ledewig, Patricia W & Marcia L
London, Sally B old. 2006. Penerbit
buku kedokteran EGC. Asuhan Ibu Dan Bayi Baru Lahir.
Maryunani, Anik & Nurhayati. 2009.
Asuhan Kegawat Daruratan Dan Penyulit
Pada Neonatus.
Notoatmodjo. (2010). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta
: Rineka Cipta.
Proverawati, Atikah & Cahyo
Ismawati. (2010). Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta : Nuha Medika.
Regiter Bayi Baru Lahir Di Ruang
Perinatologi BLUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 20011-2012.
www.katalog.com.
Katalog Karya Tulis Ilmiah. Diakses 3
Januari 2013.
www.Penelitian.com.
Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat Universitas Airlangga Terapi Sulfaktan Pada Hyalin Membran Disease
(Respyratory Disstres Syndrome). Diakses 3 Januari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar