BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Menurut buku panduan praktis
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal masa nifas normal dimulai setelah
plesenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil, masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu.
Menurut buku ilmu kebidanan Sarwono
Prawirohardjo edisi keempat tahun 2009 mengatakan pada masa nifas atau
peurperium seorang ibu memerlukan informasi dan konseling tentang perawatan
bayi dan pemberian asi, apa yang terjadi termasuk gejala adanya masalah yang
mungkin terjadi, kesehatan pribadi, kebersihan diri dan masa penyembuhan,
kehidupan seksual, kontrasepsi dan nutrisi, seorang ibu pascapersalinan juga
memerlukan dukungan dari petugas kesehatan dan dukungan emosional dan psikologis
oleh suami dan keluarganya, serta mendapatkan pelayanan kesehatan untuk
kecurigaan atau munculnya tanda terjadinya komplikasi seperti perdarahan
pascapersalinan yang biasa disebabkan atonia uteri, retensio plasenta, laserasi
jalan lahir, rupture uteri dan inverse uteri, infeksi seperti sepsis, infeksi
genital, eklampsia, serta komplikasi pascapersalinan lain yang sering juga
dijumpai yaitu infeksi saluran kemih, retensio urine atau inkontinensia.
Berdasarkan pendapat mengenai masa
nifas dan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, kami menemukan
sebuah kasus diruang instalasi gawat darurat (IGD) di Rumah Sakit Sari Mulia
Banjarmasin yaitu ibu pascapersalinan dengan diagnose infeksi saluran kemih.
Sesuai dengan gejala komplikasi yang telah disebutkan diatas yang salah satunya
adalah infeksi saluran kemih, oleh sebab itu kami mengangkat kasus ini untuk
lebih menambah wawasan dan pengetahuan kami mengenai ibu pasca persalinan
dengan diagnose infeksi saluran kemih.
B. Tujuan
1. Tujuan
umum :
Mengetahui tentang
asuhan kebidanan ibu pascapersalinan dengan diagnose infeksi saluran kemih di
ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Sari Mulia Banjarmasin.
2. Tujuan
khusus :
a. Mengatahui
gejala yang dirasakan ibu pasca persalinan dengan infeksi saluran kemih.
b. Mengetahui
penanganan awal ibu pasca persalinan dengan infeksi saluran kemih.
C. Manfaat
1. Bagi
Mahasiswa
Menambah pengetahuan
dan wawasan tentang ibu pasca persalinan dengan infeksi saluran kemih.
2. Bagi
pasien
Menambah pengetahuan
serta sebagai pengalaman.
3. Bagi
Institusi
a. Pendidikan
menambah referensi atau
sebagai bahan kepustakaan mengenai ibu pascapersalinan dengan infeksi saluran
kemih.
b. Rumah
Sakit
Sebagai bahan masukan
agar meningkatkan pelayanan di kamar Instalasi gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit
Sari Mulia Banjarmasin.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep
masa nifas
1. Pengertian
Masa nifas yaitu masa sesudah persalinan
terhitung dari saat selesainnya persalinan sampai pulihnya kembali alat
kandungan ke keadaan sebelum hamil, lamanya kurang lebih 6 minggu (Anik
Maryunani; kamus saku bidan hal.103)
2. Etiologi
Periode pascapersalinan meliputi masa
transisi kritis bagi ibu, bayi dan keluarganya, secara fisiologis, emosional
dan social. Baik dinegara maju maupun berkembang perhatian utama bagi ibu dan
bayi terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan sementara
keadaan pascapersalinan malah sebaliknya. Keadaan yang sebenarnya angka
kesakitan dan kematian ibu serta bayi
lebih sering terjadi pada masa pascapersalinan, keadaan ini terutama disebabkan
oleh konsekuensi ekonomi disamping ketidaktersediaan pelayanan atau rendahnya
peranan fasilitas kesehatan dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang cukup
berkualitas. (Sarwono Prawirohardjo; Asuhan Nifas Normal Hal.357)
Tempat-tempat umum terjadinya
infeksi masa pascapersalinan yaitu Rongga pelvic (daerah asal yang paling umum
terjadinya infeksi), Perineum, Payudara, Saluran kemih, System
vena.
3. Patofisiologi
Pada masa nifas umumnya jika normal tanpa
episiotomy dan tidak ada luka bekas jahitan umumnya tidak menimbulkan gejala
yang signifikan atau parah, hanya mengeluh susah untuk mobilisasi. Namun jika
dengan komplikasi maka akan menimbulkan keluhan yang berbeda disetiap
komplikasi dan mendapatkan penanganan yang berbeda pula.
B.
Konsep Infeksi Saluran Kemih
1. Pengertian
Infeksi
disebabkan oleh hama, masuknya penyebab penyakit kadalam tubuh terutama
mikroba, juga ketularan penyakit yang belum diketahui pasti penyebabnya. Infeksi
nifas merupakan infeksi yang mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh
masuknya kuman-kuman dalam alat genital pada waktu persalinan dan nifas. Infeksi
saluran kemih merupakan peradangan pada daerah saluran perkemihan. (Anik
Maryunani; Kamus saku Bidan, hal.71)
2. Etiologi
Menurut Muhammad Sjaifullah Noer, Ninik Soemyarso kuman penyebab infeksi saluran air kemih : Kuman gram
negatif : E.Coli (85%), Klebsiela, Entero-bakter, Proteus, dan Pseudomonas.
Stafilokokus Aureus, Streptokokus fecalis, kuman anaerob, TBC, jamur, virus dan
bentuk L bakteri protoplas.
3. Patofisiologi
Ginjal adalah sepasang organ saluran
kemih yang mengatur keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit dalam tubuh, dan
sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah dengan mengeksresikan air
yang dikeluarkan dalam bentuk urine apabila berlebih. Diteruskan
dengan ureter yang menyalurkan urine ke kandung kemih. Sejauh ini diketahui
bahwa saluran kemih atau urine bebas dari mikroorganisme atau steril. Masuknya
mikroorganisme kedalam saluran kemih dapat melalui penyebaran endogen yaitu
kontak langsung dari tempat infeksi terdekat (ascending), Hematogen, Limfogen, Eksogen sebagai akibat
pemakaian berupa kateter. Dua jalur utama terjadinya ISK adalah hematogen dan ascending, tetapi dari kedua cara ini
ascendinglah yang paling sering terjadi. Kuman penyebab ISK pada
umumnya adalah kuman yang berasal dari flora normal usus. Pada laki-laki
Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui uretra lalu prostate menuju vas
deferens dan testis (pada pria) buli-buli lalu ke ureter, dan sampai ke ginjal.
Pada wanita flora normal akan hidup secara komensal di dalam introitus vagina,
prepusium penis, kulit perineum, dan di sekitar anus. (Gambar 1).
Keterangan
Gambar 1. Masuknya
kuman secara ascending ke dalam saluran kemih, (1) Kolonisasi kuman di sekitar
uretra, (2) masuknya kuman melalui uretra ke buli-buli, (3) penempelan kuman
pada dinding buli-buli, (4) masuknya kuman melalui ureter ke ginjal.
Kuman Escherichia coli yang menyebabkan ISK mudah berkembang biak di
dalam urine, disisi lain urine bersifat bakterisidal terhadap hampir sebagian
besar kuman dan spesies Escherichia
coli. Sebenarnya pertahanan sistem saluran kemih yang paling baik adalah
mekanisme wash-out urine, yaitu
aliran urine yang mampu membersihkan kuman-kuman yang ada di dalam urine bila
jumlah cukup. Oleh karena itu kebiasaan jarang minum menghasilkan urine yang
tidak adekuat sehingga memudahkan untuk terjadinya infeksi saluran kemih.
4. Gejala
Klinis
Gejala klinis
infeksi saluran air kemih bagian bawah secara klasik yaitu nyeri bila buang air
kecil (dysuria), sering buang air kecil (frequency), dan ngompol. Gejala
infeksi saluran kemih bagian bawah biasanya panas tinggi, gejala gejala
sistemik, nyeri di daerah pinggang belakang. Namun demikian sulit membedakan
infeksi saluran kemih bagian atas dan bagian bawah berdasarkan gejala klinis
saja.
5. Menentukan
diagnose
Biakan air
kemih dikatakan infeksi positif apabila :
Air kemih tampung porsi tengah : biakan kuman positif dengan jumlah kuman ≥105/ml,
2 kali berturut-turut. Dan Air kemih tampung dengan fungsi buli-buli suprapubik
: setiap kuman patogen yang tumbuh pasti infeksi. Pembiakan urin melalui fungsi
suprapubik digunakan sebagai gold
standar. Dugaan infeksi : dengan cara Pemeriksaan air kemih : ada kuman,
piuria, torak leukosit dan Uji kimia : TTC, katalase, glukosuria, lekosit
esterase test, nitrit test.
Mencari faktor resiko infeksi saluran kemih : Pemeriksaan
ultrasonografi ginjal untuk mengetahui kelainan struktur ginjal dan
kandung kemih. Pemeriksaan Miksio Sisto
Uretrografi/MSU untuk mengetahui adanya refluks. Pemeriksaan pielografi intra
vena (PIV) untuk mencari latar belakang infeksi saluran kemih dan mengetahui
struktur ginjal serta saluran kemih.
Dengan
cara diagnosa banding yang
penting adalah membedakan antara pielonefritis dan sistitis. ingat akan pielonefritis
apabila didapatkan infeksi dengan hipertensi, disertai gejala-gejala umum,
adanya faktor predisposisi, fungsi konsentrasi ginjal menurun, respons terhadap
antibiotik kurang baik.
6. Penatalaksanaan
Ada 3 prinsip penatalaksanaan
infeksi saluran air kemih yaitu Memberantas infeksi, Menghilangkan faktor
predisposisi, Memberantas penyulit. Melakukan
pemantauan dalam 2 x 24 jam setelah pengobatan fase akut dimulai
gejala ISK umumnya menghilang. Bila gejala belum menghilang, dipikirkan untuk
mengganti antibiotik yang lain sesuai dengan uji kepekaan antibiotik. Dilakukan
pemeriksaan kultur dan uji resistensi urin ulang 3 hari setelah pengobatan fase
akut dihentikan, dan bila memungkinkan setelah 1 bulan dan setiap 3 bulan. Jika
ada ISK berikan antibiotik sesuai hasil uji kepekaan. Bila ditemukan ada
kelainan anatomik maupun fungsional yang menyebabkan obstruksi, maka setelah
pengobatan fase akut selesai dilanjutkan dengan antibiotik profilaksis.
Antibiotik profilaksis juga diberikan pada ISK berulang, ISK pada neonatus, dan
pielonefritis akut.
BAB III
TINJAUAN
KASUS
ASUHAN
KEBIDANAN IBU PASCAPERSALINAN 12 HARI DENGAN INFEKSI SALURAN KEMIH
Hari
/ Tanggal pengkajian : 29 januari
2012
Ruangan : Ruang Instalasi
Gawat Darurat
Jam : 09.15
A. SUBJEKTIVE
DATA
1. Identitas
Pasien ;
Nama : Ny. Arbaynah
Umur : 37 Tahun
Tinggi badan : 156 cm
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Banjar / Indonesia
Alamat : Martapura lama, km 7600.
Suami ;
Nama : Tn. Abdul Hadi
Umur : 39 Tahun
Tinggi badan : 176 cm
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Banjar / Indonesia
Alamat : Martapura Lama, Km 7600.
2. Keluhan
Utama : ibu mengatakan telah melahirkan 12 hari yang lalu, merasakan sakit
dibagian bawah perut sejak 3 hari yang lalu, terasa nyeri pada saat buang air
kecil, ibu masih belum bisa melakukan aktifitas seperti biasanya.
3. Riwayat
Perkawinan
Kawin 1 kali, pertama
kali kawin berumur 26 tahun, dengan suami sekarang sudah 11 tahun.
4. Riwayat Haid
a. Menarche
umur : 12 tahun
b. Siklus : 28 hari
c.
Teratur/tidak : Teratur
d. Lamanya : 7 hari
e. Banyaknya :
2-3 kali ganti pembalut / hari
f.
Dismenorhoe : Tidak pernah
g. HPHT : 10 April 2011
h. Tanggal
melahirkan : 17 Januari 2012
5. Riwayat
Obstetri P2AO
No
|
Thn
|
Kehamilan
|
Persalinan
|
Bayi
|
Penyulit Nifas
|
Ket
|
||||||||
UK
|
Penyulit
|
UK
|
Cara
|
Tempat/ Penolong
|
Penyulit
|
BB
|
PB
|
Seks
|
Keadaan Lahir
|
|
|
|||
1
|
2002
|
40 mg
|
Tidak ada penyulit
|
40
|
Spontan
|
BPS/
Bidan
|
Tidak ada penyulit
|
2,7 kg
|
47 cm
|
Laki-laki
|
Sehat dan segera
menangis
|
-
|
-
|
|
2
|
2012
|
39 mg
|
Tidak ada penyulit
|
39 mg
|
spontan
|
BPS/ Bidan
|
Tidak ada penyulit
|
2,7 kg
|
48 cm
|
Laki-laki
|
Sehat dan segera
menangis
|
-
|
|
|
6. Riwayat
KB : Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi.
7. Riwayat
Kesehatan :
Riwayat kesehatan
pasien : Ibu mengatakan bahwa kehamilan sebelumnya dilakukan dengan normal dan
spontan.
Riwayat kesehatan
keluarga : ibu mengatakan bahwa
kesehatan keluarga tidak memiliki penyakit menular seperti TBC, Hepatitis,
HIV/AIDS, dan penyakit menurun seperti Ashma, Hipertensi, Diabetes.
Riwayat Gemeli : Dari pihak keluarga tidak mempunyai
riwayat kelahiran kembar.
8.
Keadaan persalinan sekarang
a. Umur
kehamilan saat melahirkan : 39 minggu
b. Tanggal
/ jam melahirkan : 17 januri
2012 jam 05.45
c. Tempat
/ Penolong : BPS /
Bidan.
d. Lama
proses persalinan
Mulai merasakan nyeri
sampai dengan mengejan : 6 jam
Lama mengedan sampai
dengan bayi lahir : 1 jam
Lama masa pengeluaran
plasenta : 15
menit
e. Jenis
persalinan : Spontan
f. Penyulit
saat persalinan : Tidak ada penyulit
g. Tindakan
saat persalinan
Pelebaran jalan lahir : Tidak ada pelebaran/ episiotomi
Penjahitan luka jalan
lahir : Tidak dilakukan
h. Keadaan
bayi yang dilahirkan : Hidup, segera
menangis dengan berat badan 2700 gram dan panjang badan 48 cm, jenis kelamin
laki-laki.
9. Pola
kebutuhan sehari-hari
a. Nutrisi
makan
Jenis
yang di konsumsi : Nasi, lauk-pauk,
buah, sayur.
Frekuensi : 3x sehari
Porsi makan : 1 piring
Pantangan : Tidak ada
Minum
Jenis yang diminum :
Air putih.
Frekuensi :
± 7 gelas/hari
Porsi : 1 gelas
Pantangan :
Tidak ada
b. Eliminasi
BAB
Frekuensi : 1x sehari
Konsistensi : Lembek
Warna :
Kecoklatan
Masalah : Tidak ada
BAK
Frekuensi
: Sering tapi
hanya keluar sedikit.
Warna : Kuning jernih
Bau : Khas
Urine
Masalah : terasa nyeri.
c. Personal
Hygiene
Frekuensi
mandi/seka : 2x sehari
Frekuensi
gosok gigi : 2x
sehari
Frekuensi
ganti pakaian : Sesuai kebutuhan
d. Aktifitas
Ibu hanya bisa
mobilisasi sedikit namun masih belum bisa melakukan pekerjaan rumah tangga
seperti menyapu, memasak, mencuci seperti biasanya.
e. Tidur
dan istirahat
Siang
hari : saat
bayinya tidur
Malam
hari : sesuai kebutuhan.
Masalah : tidak ada
f. Pola
seksual
Frekuensi
: belum
dilakukan.
Masalah : Tidak ada
10. Data
psikososial dan spiritual
a. Data
psikososial
1) Tanggapan ibu dan keluarga terhadap kelahiran bayinya : senang
2) Tanggapan ibu terhadap perubahan fisiknya :
biasa saja
3) Tanggapan ibu terhadap peristiwa persalinan yang telah
dialaminya : bahagia.
4) Pengetahuan ibu tentang perawatan bayinya : Bidan dan keluarga.
5) Hubungan social ibu dengan mertua, orang tua dan keluarga : baik
6) Pengambil keputusan dalam keluarga :
suami
7) Orang yang membantu ibu merawat bayi : ibu dan mertua.
8) Adat/kebiasaan/kepercayaan ibu yang berkaitan dengan kelahiran
dan perawatan bayi : betasmiah.
9) Kegiatan spiritual yang dilakukan pada masa nifas :
syukuran kelahiran.
B. OBJEKTIVE
DATA
1. Pemeriksaan
umum :
a. Keadaan
umum : Baik
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Tanda-tanda
vital
Respirasi = Normal (28x/m)
Nadi = Normal (80x/m)
Suhu = Normal (370c)
TD = 110/90 MmHg
2. Pemeriksaan
Khusus :
a. Inspeksi
:
1). Kepala : Pertumbuhan rambut merata, warna rambut
hitam dan
kulit kepala bersih.
2). Muka : Terlihat sedikit pucat dan tidak ada
oedem
3). Mata : Simetris, Sklera tidak ikterik,
Konjungtiva tidak pucat.
4). Telinga : Simetris dan tidak ada serumen
5). Hidung : pernafasan baik, tidak ada polip dan tidak
ada pernafasan cuping
hidung
6).
Mulut : terlihat bibir tidak pucat,
tidak ada sariawan, tidak ada caries gigi.
7).
Leher : Tidak ada pembengkakan,
kelenjar tyroid dan vena
Jugularis
8).
Dada/Mamae : Simetris, tidak ada retraksi dada, dan hiperpigmentasi pada daerah
areola.
9).
perut : tidak terdapat jaringan
parut..
10).
Tungkai : tidak terdapat tanda
humans, tidak ada varises dan odema
11). Genetalia :
tidak telihat bekas luka jahitan, tidak ada massa, terasa nyeri, lokhea
berwarna putih.
b. Palpasi
Leher : tidak teraba pembesaran vena
jugularis, kelenjar tiroid dan kelenjar limpe
Mamae : tidak teraba massa, dan pengeluaran
ASI baik
Abdomen : involusi uterus berada 3 jari di tepi atas
simpisis pubis.
Tunggai : tidak teraba odema dan varises
3. Pemeriksaan
Penunjang
a. Hasil
Laboratorium pada tanggal
Pemeriksaan mikroskopis
:
HB : 11,9 (normal)
Leukosit : 7400 (normal)
Eritrosit : 4,32 (-)
Trombosit :
365000
Hematokrit : 37,9
Hitung Jenis
Basofil : 0%
Easinofil : 0% (-)
Stab : 3%
Segmen : 65%(+)
Limfosit : 23%(-)
Monosit : 9%(+)
Pemeriksaan MCV, MCH,
MCHC
MCV : 87,7
MCH :27,5
MCHC : 31,4(-)
LED :16,0 mm/jam
C. ASSESMENT
Diagnosa Kebidanan :
P2A0 postpartum spontan, hari ke 12.
Masalah : infeksi saluran kemih.
Kebutuhan : Asuhan Kebidanan,
konseling dan health education.
D. PLANNING
1. Memberitahu
keluarga tetang keadaan umum ibu, yaitu :
a. respirasi = Normal (28x/m)
b. Nadi = Normal (80x/m)
c. Suhu = Normal (370c)
d. Urine = normal (jernih)
e. TD = 110/90 MmHg
“Ibu mengetahui dan mengerti bahwa keadaan tubuhnya baik”.
2.
Memberikan penjelasan dengan
menggunakan bahasa yang dapat dimengerti dan ringan kepada ibu tentang keluhan
yang dirasakan merupakan salah satu infeksi setelah melahirkan yaitu berupa
infeksi saluran kemih, yang dikarenakan Masuknya kuman ke dalam saluran kemih, berkumpulnya kuman di
sekitar saluran kemih, masuknya kuman melalui saluran kemih ke buli-buli atau
kandung kemih, penempelan kuman pada dinding buli-buli, masuknya kuman melalui
saluran kemih ke ginjal.
“Ibu mengetahui tentang keluhan yang dirasakan merupakan infeksi setelah
melahirkan”
3. Memberikan
penjelasan kepada ibu atau inform consent yang sesuai dengan prosedur tindakan
yang berlaku dirumah sakit tentang perawatan infeksinya apakah ingin dilakukan
rawat inap atau rawat jalan. Penjelasan yang diberikan mengenai rawat jalan
yaitu ibu akan diberikan resep dari dokter untuk menahan atau mengurangi rasa
nyeri tersebut, atau jika memilih rawat inap akan dilakukan penanganan lebih
lanjut berupa pemasangan infus atau penambah cairan dan diberikan terapi obat
melauli intra vena di rumah sakit Sari Mulia.
“Ibu
mengetahui tentang pengertian rawat inap dan rawat jalan, ibu memastikan
dirinya untuk dirawat inap, agar mendapat perawatan yang lebih baik dan
efektif”
4. Melakukan
tindakan perawatan awal yang berkolaborasi di ruang instalasi gawat darurat
berupa pemasangan infuse RL dengan interval waktu 16 tetes permenit, agar ibu
mendapatkan asupan cairan yang cukup dan membantu ibu merasa nyaman.
“Ibu mengerti bahwa dirinya perlu untuk dilakukan tindakan pemasangan
infuse”
5. Melanjutkan
tindakan kolaborasi dokter dengan memberikan obat-obatan sesuai dengan advice
dokter, yakni :obat analgetik yaitu
Trimethoprim dengan dosis 80 mg dan obat antibiotic yaitu Sulfamethoxazole 400 mg yang
diberikan tiap 12 jam diberikan secara parenteral.
“ibu
bersedia untuk diberikan obat analgetik dan antibiotic”
6. Memberitahu
ibu bahwa dirirnya akan dipindahkan keruangan sesuai dengan permintaan ibu agar
ibu lebih merasa nyaman dan mendapatkan perawatan lebih lanjut dari petugas
kesehatan di ruang Nuri kelas 1A3.
“ibu
mengetahui dan bersedia untuk dipindahkan
BAB IV
PEMBAHASAN
Masa nifas yaitu masa sesudah persalinan terhitung dari saat selesainnya
persalinan sampai pulihnya kembali alat kandungan ke keadaan sebelum hamil,
lamanya kurang lebih 6 minggu,Infeksi disebabkan oleh hama, masuknya penyebab
penyakit kadalam tubuh terutama mikroba, juga ketularan penyakit yang belum
diketahui pasti penyebabnya.Infeksi nifas merupakan infeksi yang mencakup semua
peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman dalam alat genital pada
waktu persalinan dan nifas. Infeksi saluran kemih merupakan peradangan pada
daerah saluran perkemihan
Ada 3 prinsip penatalaksanaan infeksi saluran air kemih yaitu Memberantas
infeksi, Menghilangkan faktor predisposisi, Memberantas penyulit. Melakukan
pemantauan dalam 2 x 24 jam setelah pengobatan fase akut dimulai
gejala ISK umumnya menghilang.
Berdasarkan
keluhan yang dirasakan ibu yang telah melalui masa nifas selama 12 hari yaitu
berupa rasa nyeri dibagian bawah perut selama 3 hari, dan terasa nyeri saat
buang air kecil maka berdasarkan hasil pemerikasaan dokter dan sesuai dengan
teori yang telah kami dapatkan, ibu tersebut mengalami infeksi pascapersalinan
yaitu infeksi saluran kemih. Infeksi ini biasanya disebabkan Masuknya kuman secara ascending ke
dalam saluran kemih, Kolonisasi kuman di sekitar uretra, masuknya kuman melalui
uretra ke buli-buli, penempelan kuman pada dinding buli-buli, masuknya kuman
melalui ureter ke ginjal. Kondisi yang dialami ibu bisa saja disebabkan oleh
salah satu dari penyebab infeksi saluran kemih tersebut, namun bisa saja gejala
yang dirasakan ibu lebih ringan,sebagai
penanganan awal di ruang
instalasi gawat darurat berupa pemasangan infuse RL dengan interval waktu 16
tetes permenit, agar ibu mendapatkan asupan cairan yang cukup dan membantu ibu
merasa nyaman, pemberian obat analgetik yaitu Trimethoprim dengan dosis 80 mg
dan obat antibiotic yaitu Sulfamethoxazole
400 mg yang diberikan tiap 12 jam diberikan secara parenteral.
Berdasarkan
kasus yang ada mengenai infeksi saluran kemih, sudah sesuai dengan teori, dari
penyebab, gejala tanda, diagnosa dan penatalaksanaannya
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Selama
kami berdinas di ruang instalasi gawat darurat rumah sakit sari mulia
Banjarmasin kami mendapatkan kasus infeksi saluran kemih pada ibu dalam masa
nifas, kami menyimpulkan berdasarkan keluhan yang dirasakan ibu berupa rasa
nyeri dibagian bawah perut selama 3 hari, terasa nyeri saat buang air kecil dan
sesuai hasil pemerikasaan dokter serta
teori yang telah kami dapatkan, bahwa ibu tersebut mengalami infeksi saluran
kemih yang biasanya disebabkan masuknya
kuman secara ascending ke dalam saluran kemih, Kolonisasi kuman di sekitar
uretra, masuknya kuman melalui uretra ke buli-buli, penempelan kuman pada
dinding buli-buli, masuknya kuman melalui ureter ke ginjal, sebagai penanganan
awal di ruang instalasi
gawat darurat berupa pemasangan infuse RL dengan interval waktu 16 tetes
permenit, agar ibu mendapatkan asupan cairan yang cukup dan membantu ibu merasa
nyaman, pemberian obat analgetik untuk mengurangi rasa nyeri dan obat
antibiotic untuk mengurangi infeksi. Dengan demikian kami menyimpulkan bahwa
diagnose dan penanganan awal sudah sesuai dengan gejala yang dirasakan ibu, dan
teori yang kami dapatkan. Berdasarkan diagnose, ibu harus menjalani pengobatan
labih lanjut dengan dirawat inap dirumah sakit Sari Mulia Banjarmasin.
B. Saran
1. Pasien
Lebih menjaga kebersihan
diri terutama dibagian genetalia, dan menyarankan untuk segera buang air kecil
jika kandung kemih sudah terasa penuh.
2. Untuk
pelayanan di Ruang instalasi gawat darurat
Pelayanan diruang instalasi gawat
darurat harus lebih ditingkatkan lagi terutama infom consent atau memberikan
penjelasan pada pasien setiap tindakan yang akan dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar