Selasa, 31 Desember 2013

Konsep Dasar Nifas


  KONSEP DASAR NIFAS
1.    Definisi
Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (prawirohardjo, 2002)
Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin yaitu peur artinya bayi dan parous yang berarti melahirkan atau berarti masa sesudah melahirkan. Dan proses ini dimulai setelah selesainya persalinandan berakhir setelah alat-alat reproduksi kempali seperti keadaan sebelum hamil atau tidak hamil sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena proses persalinan, masa nifas terjadi selama periode waktu 6-8 minggu setelah persalinan. (Sitti Saleha, 2009).

2.    Klasifikasi Nifas
Nifas dapat dibagi kedalam 3 periode :         
a.    Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan – jalan.    
b.    Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu.  
c.    Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali dan sehat sempurnah baik selama hamil atau sempurna berminggu – minggu, berbulan – bulan atau tahunan (Mochtar R, 1998).




3.    Tujuan Asuhan Nifas
Asuhan nifas bertujuan untuk :
a.    Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologiknya.
b.    Mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
c.    Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan bayi sehari-hari.
d.   Memberikan pelayanan KB. (Siti Saleha, 2009)

4.    Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Masa Nifas Involusi Traktus Genetalis
Pada masa nifas, alat genetalia external dan internal akan berangsur-angsur pulih seperti keadaan sebelum hamil.
a.    Corpus uterus    
Setelah plasenta lahir, uterus berangsur-angsur menjadi kecil sampai akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa involusi.
Involusi tinggi fundus uteri berat uterus :
Bayi lahir Setinggi pusat 1.000gr         
Uri lahir 2 jari di bawah pusat 750 gr   
I minggu Pertengahan pusat sympisis 500 gr   
2 minggu Tak teraba diatas sympisis 350 gr     
6 minggu Bertambah kecil 50 gr           
8 minggu Sebesar normal 30 gr
b.    Endometrium
perubahan–perubahan endometrium ialah timbulnya trombosis degenerasi dan nekrosis di tempat inplantasi plasenta.
Hari I : Endometrium setebal 2,5 mm dengan permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin.
Hari II : Permukaan mulai rata akibat lepasnya sel-sel dibagian yang mengalami degenerasi.
c.    Involusi tempat plasenta.          
Uterus pada bekas inplantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan menonjol ke dalam cavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, penonjolan  7,5 cm, sesudah 2 minggu diameternya menjadi±tersebut dengan diameter  3,5 cm dan 6 minggu telah mencapai 24 mm.
d.   Perubahan pada pembuluh darah uterus.
Pada saat hamil arteri dan vena yang mengantar darah dari dan ke uterus khususnya ditempat implantasi plasenta menjadi besar setelah post partum otot – otot berkontraksi, pembuluh – pembuluh darah pada uterus akan terjepit, proses ini akan menghentikan darah setelah plasenta lahir.   
e.    Perubahan servix           
Segera setelah post partum, servix agak menganga seperti corong, karena corpus uteri yang mengadakan kontraksi. Sedangkan servix tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara corpus dan servix uteri berbentuk seperti cincin. Warna servix merah kehitam-hitaman karena pembuluh darah.       
Segera setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat dimasukan 2-3 jari saja dan setelah 1 minggu hanya dapat dimasukan 1 jari ke dalam cavum uteri.  
f.     Vagina dan pintu keluar panggul          
Vagina dan pintu keluar panggul membentuk lorong berdinding lunak dan luas yang ukurannya secara perlahan mengecil. Pada minggu ke 3 post partum, hymen muncul beberapa jaringan kecil dan menjadi corunculac mirtiformis. 
g.    Perubahan di peritoneum dan dinding abdomen Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir berangsur-angsur ciut kembali. Ligamentum latum dan rotundum lebih kendor dari pada kondisi sebelum hamil.

1.    Adaptasi Psikologi Masa Nifas
a.    Masa Taking In 
1)   Dimulai sejak dilahirkan sampai 2 – 3 hari.
2)   Ibu bersifat pasif dan berorientasi pada diri sendiri.
3)   Tingkat ketergantungan tinggi.
4)   Kebutuhan nutrisi dan istirahat tinggi.
b. Masa Taking Hold         
1)   Berlangsung sampai 2 minggu.
2)   Klien mulai tertarik pada bayi.
3)   Ibu berupaya melakukan perawatan mandiri.
c. Masa taking Go 
1)   Berlangsung pada minggu ke III-IV.
2)   Perhatian pada bayi sebagai individu terpisah.

5.    Aspek – Aspek Klinik Masa Nifas     
a.    Suhu badan dapat mengalami peningkatan setelah persalinan, tetapi tidak lebih dari 380C. Bila terjadi peningkatan melebihi 380C selama 2 hari berturut-turut, maka kemungkinan terjadi infeksi. kontraksi uterus yang diikuti HIS pengiring menimbulkan rasa nyeri-nyeri ikutan (after pain) terutama pada multipara, masa puerperium diikuti pengeluaran cairan sisa lapisan endomentrium serta sisa dari implantasi plasenta yang disebut lochea.
b.    Pengeluaran lochea terdiri dari :    
1)   Lochea rubra : hari ke 1-2.        
Terdiri dari darah segar bercampur sisa-sisa ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa vernix kaseosa, lanugo, dan mekonium.
2)   Lochea sanguinolenta : hari ke 3-7       
Terdiri dari : darah bercampur lendir, warna kecoklatan.
3)   Lochea serosa : hari ke 7-14.    
Berwarna kekuningan.
4)   Lochea alba : hari ke 14 sampai selesai nifas hanya merupakan cairan putih lochea yang berbau busuk dan terinfeksi disebut lochea purulent.
c.    Payudara
Pada payudara terjadi perubahan atropik yang terjadi pada organ pelvix, payudara mencapai maturitas yang penuh selama masa nifas kecuali jika laktasi supresi payudara akan lebih menjadi besar, kencang dan lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi. Hari kedua post partum sejumlah colostrums cairan yang disekresi oleh payudara selama lima hari pertama setelah kelahiran bayi dapat diperas dari puting susu. Colostrums banyak mengandung protein, yang sebagian besar globulin dan lebih banyak mineral tapi gula dan lemak sedikit.
d.   Traktus Urinarius
Buang air sering sulit selama 24 jam pertama, karena mengalami kompresi antara kepala dan tulang pubis selama persalinan.
Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormone esktrogen yang bersifat menahan air akan mengalani penurunan yang mencolok, keadaan ini menyebabkan diuresis.
e.    System Kardiovarkuler
Normalnya selama beberapa hari pertama setelah kelahiran, Hb, Hematokrit dan hitungan eritrosit berfruktuasi sedang. Akan tetapi umumnya, jika kadar ini turun jauh di bawah tingkat yang ada tepat sebelum atau selama persalinan awal wanita tersebut kehilangan darah yang cukup banyak. Pada minggu pertama setelah kelahiran , volume darah kembali mendekati seperti jumlah darah waktu tidak hamil yang biasa. Setelah 2 minggu perubahan ini kembali normal seperti keadaan tidak hamil.(Saifuddin, 2002).
6.    Perawatan Masa Nifas
Perawatan puerperium dilakukan dalam bentuk pengawasan sebagai berikut :
a.    Rawat gabung       
Perawatan ibu dan bayi dalam satu ruangan bersama-sama, sehingga ibu lebih banyak memperhatikan bayinya, memberikan ASI sehingga kelancaran pengeluaran ASI terjamin.
1)        Pemeriksaan umum; kesadaran penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.
2)        Pemeriksaan khusus; fisik, tekanan darah, nadi, suhu, respirasi, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
3)        Payudara; puting susu atau stuwing ASI, pengeluaran ASI. Perawatan payudara sudah dimulai sejak hamil sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Bila bayi mulai disusui, isapan pada puting susu merupakan rangsangan psikis yang secara reflektoris mengakibatkan oxitosin dikeluarkan oleh hipofisis. Produksi akan lebih banyak dan involusi uteri akan lebih sempurna.
4)        Lochea; lochea rubra, lochea sanguinolenta.
5)        Luka jahitan; apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-tanda infeksi (kotor, dolor/fungsi laesa dan pus ).   
6)        Mobilisasi; karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring ke kiri dan kekanan serta diperbolehkan untuk duduk, atau pada hari ke – 4 dan ke- 5 diperbolehkan pulang.
7)        Diet; makan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayuran dan buah-buahan.
8)        Miksi; hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri secepatnya, paling tidak 4 jam setelah kelahiran. Bila sakit, kencing dikaterisasi.
9)        Defekasi; buang air besar dapat dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila sulit bab dan terjadi obstipasi apabila bab keras dapat diberikan laksans per oral atau perektal. Jika belum biasa dilakukan klisma.
10)    Kebersihan diri; anjurkan kebersihan seluruh tubuh, membersihkan daerah kelamin dengan air dan sabun. Dari vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang kemudian anus. Mengganti pembalut setidaknya dua kali sehari, mencuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan kelamin.
11)    Menganjurkan pada ibu agar mengikuti KB sendini mungkin setelah 40 hari (16 minggu post partum).
12)    Nasehat untuk ibu post partum; sebaiknya bayi disusui. Psikoterapi post natal sangat baik bila diberikan. Kerjakan gimnastik sehabis bersalin. Sebaiknya ikut KB.
13)    Imunisasi; bawalah bayi ke RS, PKM, posyandu atau dokter praktek untuk memperoleh imunisasi
7.    Program dan Kebijakan Teknis
Paling sedikit ada 4 kali kunjungan masa nifas yang dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir. Untuk mencegah, mendeteksi serta menangani masalah – masalah yang terjadi.
a.    Kunjungan masa nifas terdiri dari :
1)        Kunjungan I : 6-8 jam setalah persalinan yang bertujuan untuk :      
a)         Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b)        Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk bila perdarahan berlanjut.
c)         Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d)        Pemberian ASI awal.
e)         Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
f)         Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
2)        Kunjungan II : 6 hari setelah persalinan yang bertujuan untuk :        
a)        Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b)        Menilai adanya tanda–tanda demam infeksi atau perdarahan abnormal.
c)        Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan istirahat.
d)       Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda -tanda penyakit.
e)        Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari– hari.
3)        Kunjungan III : 2 minggu setelah persalinan sama dengan 6 hari setelah persalinan.
4)        Kunjungan IV : 6 minggu setelah persalinan yang bertujuan untuk :
a)        Menanyakan ibu tentang penyakit – penyakit yang dialami.
Memberikan konseling untuk KB secara dini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar