Selasa, 31 Desember 2013

Konsep Ascites


A.      Pengertian
Ascites berasal dari bahasa yunani yang artinya kantong atau tas. Ascites adalah menumpuknya cairan patoligis dalam rongga abdominal. (Jurnal kesehatan, 2012).
Ascites adalah akumulasi dari cairan (biasanya cairan serous yang adalah cairan kuning pucat dan bening) dalam rongga perut (peritoneal). Rongga perut berlokasi dibawah rongga dada, dipisahkan darinya oleh diaphragma. Cairan ascites dapat mempunyai banyak sumber-sumber seperti penyakit hati, kanker-kanker, gagal jantung , atau gagal ginjal. (Randi, 2009)

B.       Etiologi
Penyebab yang paling umum dari ascites adalah penyakit hati yang telah lanjut atau sirosis. Kira-kira 80% dari kasus-kasus ascites diperkirakan disebabkan oleh sirosis. Meskipun mekanisme yang tepat dari perkembangan tidak dimengerti sepenuhnya, kebanyakan teori-teori menyarankan portal hypertension (tekanan yang meningkat adalam aliran darah hati) sebagai penyumbang utama. Asas dasarnya adalah serupa pada pembentukan dari edema ditempat lain di tubuh yang disebabkan oleh ketidakseimbangan tekanan antara sirkulasi dalam (sistim tekanan tinggi) dan luar, dalam kasus ini, rongga perut (ruang tekanan rendah). Kenaikan dalam tekanan darah portal dan pengurangan dalam albumin (protein yang diangkut dalam darah) mungkin bertangung jawab dalam pembentukan gradien tekanan dan berakibat pada ascites perut. (Randi, 2009)
Faktor-faktor lain yang mugkin berkontribusi pada ascites adalah penahanan garam dan air. Volume darah yang bersirkulasi mungkin dirasakan rendah oleh sensor-sensor dalam ginjal-ginjal karena pembentukan dari ascites mungkin menghabiskan beberapa volume dari darah. Ini memberi sinyal pada ginjal-ginjal untuk menyerap kembali lebih banyak garam dan air untuk mengkompensasi volume yang hilang.
Beberapa penyebab-penyebab lain dari ascites berhubungan dengan gradien tekanan yang meningkat adalah gagal jantung kongestif dan gagal ginjal yang telah lanjut yang disebabkan oleh penahanan cairan keseluruhan dalam tubuh. Pada kasus-kasus yang jarang, tekanan yang meningkat dalam sistim portal dapat disebabkan oleh rintangan internal atau eksternal dari pembuluh portal, berakibat pada portal hypertension tanpa sirosis. Hal ini disebabkan oleh massa (atau tumor) yang menekan pada pembuluh-pembuluh portal dari rongga perut bagian dalam atau pembentukan bekuan (gumpalan) darah dalam pembuluh portal yang menghalangi aliran normal dan menongkatkan tekanan dalam pembuluh (contoh, Budd-Chiari syndrome).
Ada juga pembentukan ascites sebagai akibat dari kanker-kanker, yang disebut malignant ascites. Tipe-tipe ascites ini secara khas adalah manifestasi-manifestasi dari kanker-kanker yang telah lanjut dari organ-organ dalam rongga perut, seperti : kanker usus besar, kanker pankreas, kanker lambung, kanker payudara, lymphoma, kanker paru-paru, atau kanker indung telur.
Pancreatic ascites dapat terlihat pada orang-orang dengan pancreatic atau peradangan pankreas kronis. Penyebab yang paling umum dari pankreatic kronis adalah penyalahgunaan alkohol yang berkepanjangan. Pancreatic ascites dapat juga disebabkan oleh pankreatitis akut serta trauma pada pankreas.

Tingkat ascites dapat ditentukan oleh semikuantitatif sebagai berikut:
1.    Level 1: Bila terdeteksi dengan pemeriksaan fisik yang sangat menyeluruh

2.    Level 2: Mudah diidentifikasi dengan pemeriksaan fisik biasa tetapi dalam jumlah minimal cairan.
3.    Level 3: Dapat dilihat tanpa pemeriksaan fisik khusus tetapi tidak tegang permukaan perut.
4.    Level 4: Asites permagna.

C.       Patofisiologi
Penumpukan cairan asites menggambarkan kadar natrium total dalam tubuh dan pengeluaran air. Tetapi awal terjadinya ketidak seimbangan belum jelas. Terdapat 3 teori mengenai terbentuknya asites;
  1. Teori pengisian; mengatakan bahwa penyebab utama ketidaknormalan jumlah cairan antara jaringan vaskuler adalah HT portal dan penurunan sirkulasi aliran darah. Hal ini mengaktifkan renin plasma, aldosteron, dan saraf simpatis sehingga menyebabkan retensi natrium dan air.
  2. Teori overflow; mengatakan bahwa penyebab utama ketidaknormalan adalah retensi natrium dan air di ginjal akibat kurangnya volume darah. Teori ini terbentuk berdasarkan observasi pada pasien sirosis yang terdapat hipervolemia intervaskuler.
  3. Teori yang terakhir hipotesa mengenai vasodilatasi arteri perifer mencakup ke dua teori diatas. Teori ini mengatakan bahwa hipertensi portal mengakibatkan vasodilatasi yang akan menyebabkan penurunan voleme darah arteri. Berdasarkan perjalanan penyakit akan terjadi peningkatan neurohumoral yang akan mengakibatkan retensi natrium dan cairan plasma keluar. Hal ini mengakibatkan peningkatan cairan pada cavum peritoneal. Berdasarkan teori vasodilatasi, teori underfilling berlaku pada sirosis tahap lanjut. (Unggul Budihusodo, 2012)
Walupun perkembangan hipertensi portal dan retensi natrium masih belum jelas, hipertensi portal tampaknya meningkatkan kadar NO. NO akan mengakibatkan vasodilatasi perifer splanknikusdan vasodilatasi perifer. Pasien dengan asites mempunyai aktivitas enzim arteri nitrit oksidase lebih besar dari pada pasien tanpa asites.
Terdapat beberapa faktor yang mendukung penumpukan cairan pada cavum abdomen. Faktor pertama adalah peningkatan kadar epinefrin dan norepinefrin, hipoalbumin,  penurunan tekanan onkotik plasma akan mengakibatkan keluarnya cairan plasma ke rongga peritoneal, oleh karena itu asites jarang terjadi pada pasien sirosis kecuali jika terdapat hipertensi portal dan hipoalbumin.
D.      Faktor Resiko Untuk ascites
Penyebab yang paling umum dari ascites adalah sirosis hati. Banyak dari faktor-faltor risiko untuk mengembangkan ascites dan cirrhosis adalah serupa. Faktor-faktor risiko yang paling umum termasuk hepatitis B, hepatitis C, dan penyalahgunaan alkohol yang berkepanjangan. Faktor-faktor risiko yang berpotensial lainnya berhubungan dengan kondisi-kondisi lain yang mendasarinya, seperti gagal jantung congestif, malignancy, dan penyakit ginjal. (Seputar Harian Indonesia, 2012)

E.       Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik difokuskan pada tanda-tanda hipertensi dan penyakit hati kronik. (www.daherba.com,2013).
1.       Pemeriksaan fisik yang ditemukan pada penyakit hati meliputi ikterik, palmar eritem, spindernevi.
2.       Pada papasi hati sulit teraba jika terdapat asites dalam jumlah yang banyak, tapi umumnya hati membesar. Puddlesign menunjukan terdapat sebanyak 120 ml cairan. Ketika jumlah cairan pertoneal sebanyak 500 ml asites dapat ditunjukan dengan pemeriksaan shiftingdulness +. Gambaran gelombang cairan biasanya tidak akurat.
3.       Peningkatan cairan v.jugularis menunjukan penyebab utamanya dari jantung. Nodul kenyal pada daerah umbilikus yang disebut sister mary joseph nodul, jarang ditemukan tetapi umumnya menggambarkan adanya Ca peritoneal juga berasal dari keganasan pada gaster, pankreas, atau keganasan hati primer.
4.       Nodul patologis supraclavicula sebelah kiri (virchow nodul) menunjukan adanya keganasan pada daerah abdominal bagian atas.
5.       Pasien dengan penyakit jantung atau SN menunjukan anasarka.

F.        Pemeriksaan Laboratorium
Cairan peritoneal harus diperiksa untuk dihitung jumlah sel, pada albumin, kultur, total protein, pewarnaan gram, dan sitologi untuk jenis asites yang tidak diketahui penyebabnya. (www.daherba.com,2013).
1.      Indikasi : kebanyakan cairan asites transparan dan kuning minimal 10000 sel darah merah / microliter memeberikan warna cairan asites warna pink dan jaringan terdapat 20000 sel darah merah / microliter diperkirakan berwarna emrah seperti darah. Hal ini mungkin berhubungan dengan traumatik pungsi atau keganasan.
Cairan kemerahan yang berasal dari traumatik pungsi berupa darah dan cairan akan membentuk bekuan. Cairan yang non traumatik berwarna kemerahan dan tidak membentuk bekuan karena cairan tersebut lisis. Jumlah neutrofil > 50000 sel/microliter memberikan gambar purulent dan menunjukan infeksi.
2.      Jumlah hitung sel : Cairan asites yang normal mengandung < 500 leukosit/microliter dan < 250 leukosit PMN / microliter. Inflamasi yang alaindapat menyebabkan peningkatan sel darah putih. Jumlah netrofil > 250 sel / microliter menunjukan adanya hepatitis bakterial. Pada peritonitis TB dan peritoneal  Carsinomatosis terhadap predominan limfosit.
3.      SAAG adalah pemeriksaan terbaik untuk mengklasifikasikan asites dengan hipertensi portal (SAAG>1,1 g/dl) dan non portal HT (SAAG<1,1 gr/dl). Pengukuran nilai albumin berhubungan langsung dengan tekanan portal. Spesimen harus diperoleh secara berkelanjutan. Ketepatan hasil SAAG + 97% dalam  mengklasifikasikan asites. Kadar albumin yang meningkat dan rendah menjelaskan sifat asites transudat/eksudat.
4.      Protein total, Dulu cairan asites dikategorikan eksudat jika jumlah protein > 0.5 g/dl, akan tetapi ketepatan hanya 56% untuk mendeteksi penyebab eksudat. Kadar protein total merupakan informasi tambahan pada pemeriksaan  SAAG. Peningkatan SAAG dan jumlah protein yang meningkat pada kebanyakan kasusasites dikarenakan kongesti hati. Pada pasien-pasien dengan asites maligna mempunyai nilai SAAG yang rendah dan kadar protein tinggi.
5.      Kultur atau pewarnaan gram, Sensitifitas kultur darah kira-kira 92 % dalam mendeteksi pertumbuhan bakteri pada cairan asites. Pewarnaan gram sensitifitasnya hanya 10% dalam memberikan gambaran bakteri pada peritonitis bakterial spontan. Kira-kira diperlukan 10000 bakteri/ml agar dapat terlihat pada pewarnaan gram. Pada peritonitis bakteri spontan nilai konsentrasi rata-rata bakteri 1 organisme/ml.
6.      Sitologi, Pemeriksaan sitologi sensitifitasnya hanya 58-75 % dalam mendeteksi asites maligna.

G.      Pemeriksaan Penunjang
1.      Foto thorax dan abdomen
a.    Kenaikan diafragma dengan atau tanpa efusi pleura simphatetik (hepatic hydrothorax) terlihat pada asites masif. Jika terdapat lebih dari 500 ml cairan asites harus dilakukan pemeriksaan BNO.
b.    Tanda-tanda beberapa tanda asites nonspesifik seperti gambar abdomen buram, penonjolan panggul, batas PSOAS kabur, ketajaman gambar intraabdomen berkurang. Peningkatan kepadatan pada foto tegak, terpisahnya gambar lengkung usus halus, dan terkumpulnya gas di usus halus.
c.    Tanda-tanda berikut lebih spesifik dan dapat dipercaya. Pada 80% pasien asites, tepi lateral hati diganti oleh dinding thorax abdomen (Hellmer sign).
Obliterasi sudut hepatik terlihat pada 80% orang sehat. Pada pelvic penumpukan cairan pada kantung rektovesika dan dapat meluap ke fossa paravesika. Adanya cairan memberikan gambaran kepadatan yang simetris pada kedua sisi kantung vesika urinaria yang di sebut ”dog’s ear” atau ”mickey mouse” appearance. Pergeseran sekum dan kolon ascenden kearah tengah dan pergeseran, dan pergeseran garis lemak properitoneal kelateral terlihat pada 90% dengan asites yang signifikan.
2.      USG
a.       Real-time sonografi adalah pemeriksaan cairan asites yang paling mudah dan spesifik. Volume sebesar 5-10 ml dapat dapat terlihat. Asites yang sederhana terlihat seperti gambar yang homogen, mudah berpindah, anechoic di dalam rongga peritoneal yang akan menyebabkan terjadinya peningkatan akustik. Cairan  asites tidak akan menggeser organ, tetapi cairan akan berada diantara organ-organ tersebut. Akan terlihat jelas batas organ, dan terbentuk sudut pada perbatasan antara cairan dan organ-organ tersebut. Jumlah cairan minimal akan terkumpul pada kantung morison dan mengelilingi hati membentuk gambar karakteristik polisiklik, ”lollipop” atau arcuate appearance di karenakan cairan tersebut tersusn secara vertikal pada sisi mesenterium.
b.      Gambar sonographic tertentu menunjukan adanya asites yang terinfeksi, inflamasi, atau adanya keganasan. Gambar tersebut meliputi echoes internal kasar (darah), echoes internal halus (chyle), septal multiple (peritonitis tuberkulosa, pseudomyxoma, peritonei), distribusi cairan terlokalisir atau atipik, gumpalan lengkung usus, dan penebalan batas antara cairan dan organ yang berdekatan.
c.       Pada asites maligna lengkung usus tidak dapat mengapung secara bebas, tetapi tertambat pada dinding posterior abdomen, melekat pada hati atau organ lainnya atau lengkung usus tersebut dikelilingi oleh cairan yang terlokalisir.
d.      Kebanyakan pasien (95%) dengan  keganasan peritonotis mempunyai ketebalan dinding empedu kurang dari 3mm. Penebalan kantung empedu berhubungan dengan asites jinak pada 82 % kasus. Penebalan kantung empedu secara umum akibat sirosis dan HT portal.
3.      CT-Scan
Asites terlihat jelas dengan pemeriksaan CT-Scan. Sedikit cairan asites terdapat pada ruang periheoatik kanan, ruang subhepatik posterior (kantung morison), dan kantung douglas. Beberapa gambar pada CT-Scan menunjukkan adanya neoplasia, hepatik, adrenal, splenik, atau lesi  kelenjar limfe berhubungan dengan adanya massa yang berasal dari usus, ovarium, atau pankreas, yang menunjukkan adanya asites maligna.
Pada pasien dengan asites maligna kumpulan cairan terdapat pada ruang yang lebih besar dan lebih kecil, sementara pada pasien dengan asites benigna cairan terutama terdapat pada ruang yang lebih besar dan tidak pada bursa omental yang lebih kecil.
4.      Pemeriksaan lain
a.       Laparoskopi dilakukan jika terdapat asites maligna. Pemeriksaan ini penting untuk mendiagnosa adanya mesothelioma maligna.
b.      Parasentesis abdomen adalah pemeriksaan yang paling cepat dan efektif untuk mendiagnosa penyebab asites. Parasentesis terapetik dilakukan untuk asites masif atau sulit disembuhkan. Pengeluaran 5 liter cairan merupakan parasentesis dalam jumlah besar. Parasentesis total, atau pengeluaran semua cairan asites (di atas 20 liter) dapat di lakukan secara aman. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa pemberian albumin 5 g/l pada parasentesis diatas 5 liter dapat menurukan komplikasi parasentesis seperti gangguan keseimbangan elektrolit dan peningkatan serum kreatinin akibat pertukaran cairan intravaskuler.
c.       Transjugular intrahepatik portacaval shunt (TIPS), Metode ini dilakukan dengan cara memasang paracarval shunt dari sisi kesisi melalui radiologis dibawah anestesi lokal. Metode ini sering digunakan untuk asites yang berulang.

H.      Perawatan untuk Ascites
Perawatan dari ascites sebagian besar tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Contohnya, peritoneal carcinomatosis atau malignant ascites mungkin dirawat dengan pemotongan keluar kanker secara operasi dan kemoterapi, sementara penatalaksanaan dari ascites yang berhubungan dengan gagal jantung diarahkan menuju perawatan gagal jantung dengan penatalaksanaan medis dan pembatasan-pembatasan makanan.
Karena sirosis hati adalah penyebab utama dari ascites, ia akan menjadi fokus utama dari bagian ini. (Unggul Budihusodo, 2012)
1.       Diet : Menatalaksanakan ascites pada pasien-pasien dengan sirosis secara khas melibatkan pembatasan pemasukan sodium makanan dan penggunaan diuretics (pil-pil air). Membatasi pemasukan sodium (garam) makanan kurang dari 2 gram per hari adalah sangat praktis, dengan sukses, dan secara luas direkomendasikan untuk pasien-pasien dengan ascites. Pada kebanyakan dari kasus-kasus, pendekatan ini perlu dikombinasikan dengan penggunaan diuretik karena pembatasan garam sendirian umumnya bukan cara yang efektif untuk merawat ascites. Konsultasi dengan ahli nutrisi dalam rangka pembatasan garam harian dapat sangat bermanfaat untuk pasien dengan ascites.
2.       Pengobatan : Diuretik meningkatkan ekskresi (pengeluaran) air dan garam dari ginjal-ginjal. Regimen (aturan) diuretic yang direkomendasikan dalam setting dari ascites yang berhubungan dengan hati adalah kombinasi dari spironolactone (Aldactone) dan furosemide (Lasix). Dosis tunggal harian dari 100 miligram spironolactone dan 40 miligram furosemide adalah dosis awal yang biasanya direkomendasikan. Ini dapat ditingkatkan secara berangsur-angsur untuk memperoleh respon yang tepat pada dosis maksimum 400 miligram spironolactone dan 160 miligram furosemide, sepanjang pasien dapat mentolerir peningkatan dosis tanpa ada efek samping. Meminum obat-obat ini bersama pada pagi hari secara khas dianjurkan untuk mencegah buang air kecil yang seringkali sewaktu malam hari.
3.       Therapeutic paracentesis : Untuk pasien-pasien yang tidak merespon dengan baik pada atau tidak dapat mentolerir regimen diatas, therapeutic paracentesis (jarum yang secara hati-hati ditempatkan kedalam area perut, dibawah kondisi-kondisi yang steril) yang sering dapat dilakukan untuk mengeluarkan dalam jumlah yang besar. Beberapa liter (sampai 4 sampai 5 liter) dari cairan dapat dikeluarkan secara aman dengan prosedur ini setiap waktu. Untuk pasien-pasien dengan malignant ascites, prosedur ini mungkin juga adalah lebih efektif daripada penggunaan diuretic.
4.       Operasi : Untuk kasus-kaus yang lebih gigih (refractory), prosedur-prosedur operasi mungkin adalah perlu untuk mengontrol ascites. Transjugular intrahepatic portosystemic shunts (TIPS) adalah prosedur yang dilakukan melalui internal jugular vein (vena utama pada leher) dibawah pembiusan lokal oleh interventional radiologist. Shunt (langsiran) ditempatkan diantara portal venous system dan systemic venous system (vena-vena yang mengalirkan balik darah ke jantung), dengan demikian mengurangi tekanan portal. Prosedur ini dicadangkan untuk pasien-pasien yang mempunyai respon yang minimal pada perawatan medis yang agresif. Ia telah ditunjukan mengurangi ascites dan membatasi atau mengeliminasi penggunaan dari diuretik pada mayoritas dari kasus-kasus yang dilaksanakan. Bagaimanapun, ia berhubungan dengan komplikasi-komplikasi yang signifikan seperti hepatic encephalopathy (kebingungan) dan bahkan kematian.
Penempatan-penempatan langsiran yang lebih tradisional (peritoneovenous shunt dan systemic portosystemic shunt) telah pada dasarnya ditinggalkan yang disebabkan oleh angka komplikasi yang tinggi.
5.       Transplantasi hati : Akhirnya, transplantasi hati untuk sirosis yang telah lanjut mungkin dipertimbangkan sebagai perawatan untuk ascites yang disebabkan oleh gagal hati. Transplantasi hati melibatkan proses yang sangat sulit dan berkepanjangan dan memerlukan pengamatan dan manajemen yang sangat ketat oleh spesialis-spesialis transplantasi.
6.       Perawatan lebih lanjut pasien rawat inap
a.       Pantau keadaan asites jika pemakaian Na < 10 mmol/hr.
b.      Pengukuran Na urin 24 jam berguna pada pasien dengan asites yang berhubungan dengan HT portal sehingga dinilai kadar Na, respon terhadap diuretik , dan menilai kepatuhan diet.
c.       Untuk pasien asites derajat 3 dan 4 parasentesis terapi dilakukan secara intermiten.

I.         Komplikasi Ascites
Beberapa komplikasi-komplikasi dari ascites dapat dihubungkan pada ukurannya. Akumulasi dari cairan mungkin menyebabkan kesulitan-kesulitan bernapas oleh penekanan diaphragma dan pembentukan dari pleural effusion.
Infeksi-infeksi adalah komplikasi-komplikasi lain yang serius dari ascites. Pada pasien-pasien dengan ascites yang berhubungan dengan portal hypertension, bakteri-bakteri dari usus mungkin secara spontan menyerang cairan peritoneal (ascites) dan menyebabkan infeksi. Ini disebut spontaneous bacterial peritonitis atau SBP. Antibodi adalah jarang pada ascites dan, oleh karenanya, respon imun pada cairan ascites adalah sangat terbatas. Diagnosis dari SBP dibuat dengan melakukan paracentesis dan menganalisa cairan untuk jumlah sel-sel darah putih atau bukti dari pertumbuhan bakteri.
Hepatorenal syndrome adalah komplikasi yang jarang, namun serius dan berpotensi mematikan (angka kelangsungan hidup rata-rata mencakup dari 2 minggu sampai kira-kira 3 bulan) dari yang berhubungan dengan sirosis hati yang menjurus pada gagal ginjal yang progresif. Mekanisme yang tepat dari sindrom ini tidak diketahui dengan baik, namun ini mungkin berakibat dari perubahan dalam cairan, aliran darah ke ginjal yang terganggu, penggunaan yang berlebihan dari diuretics, dan pemasukan-pemasukan dari zat-zat kontras atau obat-obatan yang mungkin berbahaya untuk ginjal. (Unngul Budihusodo, 2012).

J.         Prognosis Untuk Ascites
Harapan (prognosis) pada ascites terutama tergantung pada penyebab dan keparahan yang mendasarinya. Pada umumnya, prognosis dari malignant ascites adalah buruk. Kebanyakan kasus-kasus mempunyai waktu kelangsungan hidup yang berarti antara 20 sampai 58 minggu, tergantung pada tipe dari malignancy seperti yang ditunjukan oleh kelompok dari penyelidik-penyelidik. Ascites yang disebabkan oleh cirrhosis biasanya adalah tanda dari penyakit hati yang telah lanjut dan ia biasanya mempunyai prognosis yang sedang (3 tahun kelangsungan hidup kira-kira 50%). Ascites yang disebabkan oleh gagal jantung mempunyai prognosis yang sedang karena pasien mungkin hidup bertahun-tahun dengan perawatan-perawatan yang tepat (kelangsungan hidup rata-rata kira-kira 1.7 tahun untuk laki-laki dan kira-kira 3.8 untuk wanita-wanita pada satu studi yang besar). (Randi, 2009)

CPD


 PANGGUL SEMPIT (CHEPALOPELVIK DISPROPORSI/CPD)           
a.    Definisi
Dalam Obstetri yang terpenting bukan panggul sempit secara anatomis melainkan panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul. Kesempitan panggul dibagi sebagai berikut :
1)        Kesempitan pintu atas panggul
2)        Kesempitan bidang bawah panggul
3)        Kesempitan pintu bawah panggul
4)        Kombinasi kesempitan pintu atas pangul, bidang tengah dan pintu bawah panggul.

b.    Etiologi
Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat dibagi sebagai berikut :
a.    Kelainan karena gangguan pertumbuhan          
1)        Panggul sempit seluruh : semua ukuran kecil
2)        Panggul picak : ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasa
3)        Panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi terlebih ukuran muka belakang
4)        Panggul corong : pintu atas panggul biasa, pintu bawah panggul sempit.
5)        Panggul belah : symphyse terbuka
b.    Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya
1)        Panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit, seluruha panggul sempit picak dan lain-lain
2)        Panggul osteomalacci : panggul sempit melintang
3)        Radang articulatio sacroilliaca : panggul sempit miring
c.    Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang
1)        Kyphose didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong
2)        Sciliose didaerah tulang panggung menyebabkan panggul sempit miring.
d.   Kelainan panggul disebabkan kelainan aggota bawah
Coxitis, luxatio, atrofia. Salah satu anggota menyebabkan panggul sempit miring.
e.    fraktura dari tulang panggul yang menjadi penyebab kelainan panggul




f.     Klasifikasi Chepalopelvic Disproporsi
Ada beberapa kemungkinan :
1)        Imbang Chepalopelvic baik, partus dapat direncanakan pervaginam,namun demikian his,posisi kepala dan keadaan serviks harus diperhatikan selama partus.
2)        Disproporsi Chepalopelvic, artinya bahwa janin tidak dapat dilahirkan secara normal pervaginam,bila anak hidup lakukan seksio sesaria (SC).
3)        Kemungkinan Disproporsi, mengandung arti yaitu imbang baik atau dapat terjadi disproporsi.
‘’Untuk mendapat kepastian maka harus dilakukan pemeriksaan radiologi dan atau Partus percobaan’’.
g.    Pemeriksaan Panggul, terdiri dari :
1)        Pemeriksaan Panggul Luar
2)        Pemeriksaan panggul dalam (VT) ,yang dievaluasi antara lain : Promotorium, linea innominata, spina ischiadika, dinding samping, kurvatura sakrum, Ujung sakrum, dan arkus pubis.
Pada pemeriksaan ini dicoba memperkirakan ukuran :
a)        Konjugata Diagonalis dan konjungata vera
b)        Distansia Inter Spinarum ( diameter dispinarum )
c)        Diameter antaro – posterior pintu bawah panggul.
d)       Kesempitan pada Pintu Atas Panggul, PAP sempit apabila konjungata vera kurang dari 10 cm atau diamter transversa kurang dari 12 cm.
e)        Kesempitan Panggul Tengah
Dengan sakrum melengkung sempurna, dinding- dinding panggul tidak berkonvergensi, foramen ischiadikum mayor cukup luas dan spina ischiadika tidak menonjol kedalam dapat diharapkan bahwa panggul tengah tidak akan menyebabkan rintangan. Ukuran terpenting adalah Distansia Interspinarum, apabila ukuaran ini kurang dari 9,5 cm, perlu diwaspadai tentang kesukaran persalinan.
f)         Kesempitan Pintu Bawah Panggul
Pintu bawah panggul tidak merupakan bidang datar, tetapi terdiri atas segi tiga depan dan segi tiga belakang yang memmpunyai dasar yang sama, yakni distansia tuberrum. Apabila ukuran terakhir ini lebih kecil dari pada yang biasa maka sudut Arkus pubis mengecil pula ( kurang dari 80 0 ). Agar supaya dalam hal ini kepala janin dapat lahir, diperlukan ruangan yang lebih besar pada bagian belakang pintu bawah panggul. Dengan diameter sagitalis posterior yang cukup panjang, persalinan pervaginam dapat dilaksanakan, walaupun dengan perlukaan luas pada perineum.
g)        Pintu bawah panggul dikatakan sempit kalau jarak antara tubera ossis ischii 8 atau kurang kalau jarak ini berkurang dengan sendirinya arcus pubis meruncing maka besarnya arcus pubis dapat dipergunakan untuk menentukan kesempitan pintu bawah panggul.        
Menurut Thomas Dustacia dapat terjadi kalau jumlah ukuran antar tuberum dan diameter sagitalis posterior < 15 cm ( normal 11 cm + 7,5 cm = 18,5 cm). Kalau pintu bawah panggul sempit biasanya bidang tengah panggul juga sempit. Kesempitan pintu bawah panggul dapat menyebabkan gangguan putaran paksi. Kesempitan pintu bawah panggul jarang memaksa kita melakukan SC, tetapi dapat diselesaikan dengan forcep dan dengan episiotomy yang cukup luas.          
Dengan distansia tuberrum bersama dengan diameter sagitalis posterior kurang dari 15 cm timbul kemacetan pada kelahiran janin ukuran biasa. Conjungata vera = Conjungata Diagonal – 1 1/2 cm.
CV = CD - 1 1 /2 cm.
Caranya : Lakukan VT sampai teraba promotorium lalu ukur jari tangan yang masuk (CD), kemudian kurangkan 1 1/2 cm,kalau kurang dari 10 cm berarti panggul sempit.
h.    Persangkaan Panggul sempit
Seorang ibu harus ingat akan kemungkinan panggul sempit kalau :     
1)        Primipara kepala anak belum turun setelah lehamilan 36 minggu.
2)        Pada primipara ada perut menggantung.
3)        Pada multipara persalinan yang dulu-dulu sulit
4)        Kelainan letak pada hamil tua.
5)        Kelainan bentuk badan (Cebol, scoliose, pincang dan lain-lain)
6)        Osborn positif (penonjolan kepala 2 jari diatas simpisis pubis)
Prognosa persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai faktor, yakni :
a)        Bentuk panggul
b)        Ukuran panggul (derajat kesempitan)
c)        Kemungkinan pergerakan dalam sendi-sendi panggul
d)       Besarnya kepala dan kesanggupan moulage kepala
e)        Presentasi dan posisi kepala
f)         His
Diantara faktor faktor tersebut diatas yang dapat diukur secara pasti dan sebelum persalinan berlangsung hanya ukuran-ukuran panggul : karena itu ukuran-ukuran tersebut sering menjadi dasar untuk meramalkan jalannya persalinan